TEMPO.CO, Surabaya – Aliansi Tani Jawa Timur berunjuk rasa di depan kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Pertanahan Nasional, dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur untuk memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September.
Sekitar seratus orang peserta demo mendesak pemerintah memenuhi empat tuntutan, yakni segera melaksanakan reforma agraria, menuntaskan konflik-konflik agraria, menjalankan kedaulatan pangan, dan menolak korporasi pertanian.
“Kami ingin mengingatkan kepada pemerintah agar kedaulatan petani diwujudkan,” kata Sugiono, Koordinator Umum Alit Jati saat ditemui di lokasi unjuk rasa di kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Selasa 27 September 2016.
Melalui unjuk rasa, Sugiono menjelaskan para petani mengingatkan pemerintah yang pernah menjanjikan pelaksanaan reforma agraria yaitu menyediakan tanah dan program lainnya untuk petani. Namun, pelaksanaan program tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. “Kami tidak terima karena sampai saat ini kondisi kaum petani masih miskin,” ujarnya.
Dalam demonstrasi tersebut, organisasi mahasiswa ikut serta di antaranya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surabaya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Komunitas Cempaka UPN Veteran Jatim, dan Laskar Mahasiswa Republik Indonesia (LAMRI) Surabaya.
Massa mulai berkumpul pada pukul 09.00 WIB di Taman Pelangi Jalan Ahmad Yani No. 138, Gayungan, Surabaya. Kemudian sekitar seratus orang itu berjalan kaki menuju kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Di sana, mereka melakukan orasi dan aksi teatrikal. Hingga akhirnya 10 orang menjadi perwakilan masuk ke kantor dan ditemui perwakilan dari Badan Pertahanan Nasional.
Sekitar pukul 11.30 WIB massa bergeser ke kantor Dinas Pertanian di Jl. Raya Jendral Ahmad Yani No. 152, Woconolo, Surabaya. Dalam aksi tersebut, massa ditemui secara langsung oleh Kepala Dinas Pertanian. Wibowo Eko Putro, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.
Menurut dia, pemerintah telah meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi pertanian. “Kami akan terus meningkatkan produksi tani setiap tahunnya,” kata Wibowo di kantor Dinas Pertanian, Selasa 27 September 2016.
Untuk mengawal dan mengamankan aksi unjuk rasa tersebut, kepolisian menerjunkan beberapa anggota Satuan Sabhara (Satsabhara) sekitar 45 personel untuk memastikan peserta berjalan aman dan tidak mengganggu arus lalu lintas.
Husein, salah satu anggota Satsabhara, mengatakan pengamanan dilakukan dengan cara mensterilkan setengah jalan untuk mencegah kemacetan. “Macet ada, tapi tidak lama, hanya 5 menit,” katanya.
JAYANTARA MAHAYU | NIEKE