TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan orang yang menjadi korban teror bom berkumpul di Restoran Dapur Kuring, Slipi, Sabtu, 10 September 2016. Beberapa di antaranya hadir dengan cacat permanen pada tubuh.
Mereka adalah korban selamat dari tragedi teror bom di depan Kedutaan Besar Australia, Kuningan, 9 September 2004. Mereka yang tergabung dalam Forum Kuningan ini sedang memperingati 12 tahun kejadian nahas itu.
Ketua Forum Kuningan Mulyono Sutrisman mengatakan kegiatan memperingati bom Kuningan bertujuan mengingatkan bahwa aksi terorisme sangat berbahaya. "Diharapkan seluruh elemen bangsa bersinergi mencegah aksi terorisme terjadi lagi," ujarnya.
Iswanto, seorang penyintas, kehilangan mata sebelah kanan akibat ledakan tersebut. Saat itu ia bekerja sebagai petugas keamanan di Kedubes Australia. Kini ia aktif dalam Yayasan Penyintas Indonesia. "Saya suarakan kekerasan jangan dibalas kekerasan," ucapnya.
Bom Kuningan disebut sebagai salah satu aksi teror besar yang terjadi di Indonesia. Dua tahun sebelumnya, teror terjadi di Bali dan disusul ledakan di Hotel JW Marriot setahun setelah itu.
Tragedi berdarah di Kuningan terjadi pagi hari sekitar pukul 10.30. Satu unit mobil boks yang membawa bahan peledak menjadi sumber petakanya.
Sebanyak 14 orang kehilangan nyawa. Sedangkan ratusan orang luka-luka akibat bom yang terdiri atas campuran bahan low explosive (kalium klorat, sulfur, bubuk aluminium, tawas, dan klorin) dan sedikit high explosive (TNT/trinitrotoluena).
AHMAD FAIZ