TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menjadi pembina upacara Hari Pramuka Ke-55 di Lapangan Monas, Jakarta, pada Sabtu, 3 September 2016. Acara ini diikuti 40 ribu anggota Pramuka Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pembina se-Jakarta.
"Sekarang ada ancaman perilaku anak muda yang konsumtif dan mudah menyerah," ujar Djarot dalam sambutannya. Ia mengatakan anak muda harus menerapkan nilai-nilai luhur Pramuka ke dalam diri masing-masing. Sebab, saat ini ada kecenderungan penurunan nilai-nilai kebangsaan.
Dia pun membeberkan bahwa ancaman terbesar generasi muda saat ini adalah arus globalisasi budaya, di mana budaya negara lain dianggap lebih baik dibanding budaya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan generasi muda gampang terseret arus globalisasi.
Dampak lain adalah ancaman narkoba yang menjadi permasalahan generasi muda saat ini. Khususnya para remaja di kawasan DKI Jakarta. Dia juga mengkritik remaja Jakarta yang dinilai memiliki sifat konsumtif dan mudah menyerah saat menghadapi berbagai persoalan.
Djarot menyarankan remaja menerapkan lima nilai dalam keseharian. Pertama, generasi muda menanamkan sehat lahir dan batin. Kedua, generasi muda yang memiliki nilai kejujuran. Ketiga, generasi muda harus bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya.
Keempat, anak muda juga diminta tidak mudah menyerah menghadapi persoalan di lingkungan sosialnya. Kelima, remaja harus mengedepankan asas toleransi dan sikap bersahabat. "Karena kita diciptakan sebagai bangsa yang heterogen," tuturnya.
Ketua Kwartir DKI Jakarta Sylviana Murni menjelaskan, Gerakan Pramuka adalah salah satu organisasi pendidikan non formal yang bisa menjadi pemecah permasalahan kaum remaja. "Tapi diperlukan revitalisasi Gerakan Pramuka secara nasional dan khususnya di DKI Jakarta," katanya.
Menurut Sylviana, Gerakan Pramuka harus mampu mengimbangi perkembangan yang ada dengan melakukan re-branding agar diminati kaum muda. Sebab, saat ini zaman telah berubah. Semua pemuda telah masuk sebagai generasi media sosial.
AVIT HIDAYAT