TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa tokoh nasional mendeklarasikan Rumah Amanah Rakyat di salah satu rumah di jalan Cut Nyak Dien, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Agustus 2016. Pimpinan Komisi Rumah Amanah Rakyat Ferdinand Hutahaean menjelaskan, Rumah Amanah Rakyat merupakan gerakan mencerdaskan masyarakat untuk memilih calon pemimpin berdasarkan indikator tertentu.
“Pertama dibentuk di grup WhatsApp namanya Peduli Negara 1. Di sana memang banyak tokoh nasional, bahkan mantan menteri, seperti Profesor Ryaas Rasyid, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2015 Taufiequrachman Ruki, Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal (Purnawirawan) Djoko Santoso, Yusril Ihza Mahendra, dan musisi Ahmad Dhani,” jelas Ferdinand usai deklarasi Rumah Amanah Rakyat di Cikini, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 2016.
Menurutnya, Rumah Amanah Rakyat akan memberikan indikator dan kriteria seperti apa pemimpin yang cocok menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta mendatang versi gerakan itu. Adapun beberapa kriteria yang sudah disampaikan sampai saat ini, di antaranya Pancasialis, jujur, bersih, tegas, cerdas, dan beradab. Pancasialis artinya menemukan sosok pemimpin yang beradab dan berperikemanusiaan.
Untuk kategori perikemanusiaan, Ferdinand mengambil contoh penggusuran di beberapa wilayah Jakarta. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok itu, jelas Ferdinand, dianggap tidak manusiawi. Namun, Rumah Amanah Rakyat memberi kebebasan masyarakat memilih pemimpinnya. Artinya, gerakan itu hanya akan menyampaikan kriteria berdasarkan fakta, bukan asumsi pribadi.
“Kita tidak menyatakan Ahok itu tidak berperikemanusiaan, tapi kita menyampaikan yang pancasialis itu kan ada kemanusiaan yang adil dan beradab. Nah, kita memberikan contoh. Silakan diuji penggusuran yang dilakukan gubernur ini sudah beradab atau tidak, manusiawi atau tidak. Kalau masyarakat bilang manusiawi, silakan (memilih Ahok),” jelas Ferdinand.
Masyarakat pun akan diedukasi agar memiliki pandangan yang baru atas ciri-ciri pemimpin versi Rumah Amanah Rakyat. Caranya dengan mendatangi langsung atau mengundang masyarakat berdiskusi.
Beberapa poin tersebut, kata Ferdinand, tak hanya berlaku bagi pemimpin DKI Jakarta. Namun, berlaku juga untuk lingkup nasional lantaran saat ini Rumah Amanah Rakyat sedang fokus pada pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017.
“Tidak hanya angkat isu lokal, tapi sampai Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019 nanti,” ujar Ferdinand.
LANI DIANA|JH