TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan pemerintah masih akan mengkonfirmasi kabar tentang ancaman pembunuhan dari kelompok penyandera warga negara Indonesia. “Kami dengar isu itu. Kemlu sedang meminta konfirmasi soal kabar itu ke pihak keluarga dan akan membawa mereka ke Jakarta untuk ditanyai lebih detail,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Kamis, 28 Juli 2016.
Sebelumnya, Dian Megawati Ahmad, istri Ismail—salah satu awak kapal Charles 001 yang disandera—mengaku sempat ditelepon penyandera yang menunggu pembayaran uang tebusan. Dian mengaku dihubungi beberapa kali oleh Al Habsy Misaya, kelompok yang menyandera tujuh WNI awak kapal Charles milik PT Rusianto Bersaudara di perairan Sulu, Filipina selatan, sejak 21 Juni lalu.
Penyandera meminta Dian memberi kabar kepada pemerintah Indonesia dan media massa nasional terkait dengan ancaman ini. Kelompok itu mengaku akan mulai membunuh sandera jika permintaan 250 juta peso (sekitar Rp 70 miliar) tak dikabulkan. Namun Arrmanatha menegaskan bahwa pemerintah terus mengupayakan penyelamatan para WNI, baik untuk tujuh orang itu maupun tiga WNI lain yang disandera di Lahad Datu, Malaysia, pada 9 Juli lalu.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay, kata dia, sudah melanjutkan pembahasan penyelamatan sandera di sela pelaksanaan ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM) di Vientiane, Laos. "Mereka saling tukar informasi. Di situ didapat informasi bahwa sandera berpindah-pindah dan mereka dipecah dalam kelompok-kelompok,” tutur Arrmanatha.
Pihak PT Rusianto Bersaudara menyatakan telah mengetahui ancaman tersebut dan sudah berkoordinasi dengan tim crisis center pemerintah di Jakarta. "Sudah langsung disampaikan kepada tim di Jakarta dan tentu akan menjadi pembahasan lebih lanjut. Mudah-mudahan ada perkembangan lebih lanjut," kata juru bicara PT Rusianto, Taufiq Qurrohman, Rabu, 27 Juli 2016.
YOHANES PASKALIS | FIRMAN HIDAYAT