TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan alasan diajukannya Komisaris Jenderal Suhardi Alius menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Di mata Tito, Suhardi merupakan sosok yang dikenal cerdas dan berintelektual.
Menurut dia, di setiap level lembaga yang dimasuki, Suhardi selalu berada di peringkat terbaik. "Beliau memiliki kemampuan yang sangat baik dalam leadership dan manajerial," ucap Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 20 Juli 2016. Di sisi lain, tidak sedikit jabatan yang sudah pernah diembannya, mulai kepala kepolisian resor, kepala kepolisian daerah, hingga Kepala Badan Reserse Kriminal.
Pengalaman kepemimpinan itu, ujar Tito, amat diperlukan saat memimpin BNPT. Sedangkan dari sisi interpersonal, Suhardi dianggap mumpuni menjalin hubungan dan membangun jaringan dengan pihak luar, seperti organisasi massa Islam dan kalangan aktivis. "Jadi saya sangat confident dengan beliau," tuturnya.
Ke depan, Kapolri berpesan agar Suhardi segera mempelajari situasi terkini ihwal penanganan terorisme. Tito, yang sebelumnya duduk sebagai Kepala BNPT, mengatakan sudah menjadi tugasnya melakukan kontra-radikalisasi. Ia meminta BNPT membangun hubungan regional dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Sebelum menjadi Kepala BNPT, Suhardi merupakan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional. Lulus dari Akademi Kepolisian pada 1985, ia mengawali kariernya dengan menjadi penyidik utama di Direktorat II Bareskrim Polri. Pada 2004, Suhardi ditunjuk sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat.
Setahun kemudian, pria yang lahir pada 10 Mei 1962 di Jakarta tersebut dipindahkan ke Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Pada tahun yang sama, dia dipindahkan ke Koordinator Sekretaris Pribadi Pimpinan (Koorsprim) Polri. Setelah empat tahun mengabdi kepada Koorsprim, dia dimutasi ke Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) sebagai direktur.
ADITYA BUDIMAN | TIM TEMPO