TEMPO.CO, Solo - Pelaku bom bunuh diri di Markas Polresta Surakarta, yang mengarah pada nama Nur Rohman, pernah lolos dari penggerebekan di Bekasi pada pertengahan Desember tahun lalu. Saat itu Nur Rohman membawa tiga bom rakitan.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyebutkan bahwa Nur Rohman membawa tiga bom dalam pelariannya. "Jenisnya bom lempar dan bom biasa yang dimasukkan ke dalam tas," kata Boy Rafli di Solo, Selasa, 5 Juli 2016.
Satu bom dipastikan telah diledakkan di Polresta Surakarta. Sedangkan keberadaan dua bom lain tengah dalam pencarian. "Bisa jadi meledak bersamaan dalam kejadian tadi pagi," ujar Boy. Bom bunuh diri oleh Nur Rohman termasuka kategori low explosive.
Menurut Boy, bahan peledak dimasukkan ke dalam plastik kontainer. Lantas pelaku menggunakan pemicu yang dimasukkan ke dalam saku. Pelaku juga memasukkan gotri ke dalam kontainer tersebut. "Saat bom meledak, gotri itu menjadi seperti peluru," tuturnya. Selain melukai, gotri berfungsi sebagai perusak.
Nur Rohman disebut-sebut sebagai pelaku bom bunuh diri karena polisi menemukan kartu identitasnya di lokasi kejadian. Nur Rohman sudah masuk daftar pencarian orang karena diduga terlibat bom di Jalan Thamrin, Jakarta, awal 2016.
Nur Rohman merupakan mantan Ketua RT 01 RW 12, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. "Kalau dugaan itu benar, datanya seperti itu," ucap Lurah Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Singgih Bagijono, di Solo, Selasa. Nur Rohman, kata Singgih, mengundurkan diri dari jabatan Ketua RT 01.
Menurut Singgih, Nur Rohman sehari-hari berjualan bakso keliling dengan sepeda motor. Semenjak ledakan bom di Jalan Thamrin, dia menghilang sampai sekarang. Nur Rohman mempunyai istri bernama Siti Aminah asal Cianjur, Jawa Barat.
"Saya tidak mengerti perginya Nur Rohman ke mana. Yang jelas, istri dengan dua anaknya tinggal di Sangkrah," kata Singgih, seperti dikutip dari Antara.
AHMAD RAFIQ
Catatan Koreksi: Pada berita sebelumnya, tercantum nama dua anak pelaku bom bunuh diri di Solo. Nama kedua anak itu kami hapus pada Selasa 5 Juli 2016, pukul 18.45, untuk tidak menimbulkan stigma pada keluarga pelaku. Redaksi mohon maaf.