TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan TNI hanya bisa masuk ke wilayah laut Filipina dengan sejumlah kesepakatan dan prosedur khusus. Filipina memberikan kelonggaran itu demi penyelamatan tujuh warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan, 21 Juni lalu.
"Kalau mau masuk begitu kan harus ada urutan-urutannya, harus dilatih dulu," kata Ryamizard di kompleks Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat, 1 Juli 2016.
Dia membenarkan bahwa TNI sudah bersiap di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina. Namun pengejaran Abu Sayyaf kini masih ditangani militer Filipina. "Saya rasa kita belum (masuk) karena mereka (militer Filipina) sudah ada 6-10 ribu orang. Kita jangan ngerecok dululah," ujar Ryamizard.
Menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini, butuh proses hingga operasi militer bersama kedua negara bisa terjadi. "Harus ada latihan dulu agar tak kacau, apalagi (anggota militernya dari) dua negara, nanti malah tembak-tembakan sendiri," tutur Ryamizard.
Ryamizard memastikan Indonesia akan segera bergerak bila situasi sudah genting. "Kecuali sandera sudah hilang sampai mana dan Filipina minta kita kerja sama, kita lakukan," ucapnya.
Ryamizard, Selasa kemarin, mengatakan dia mengantongi izin Presiden Joko Widodo bila opsi militer diambil dalam penyelamatan WNI. Namun Ryamizard memastikan pemerintah mengutamakan jalan diplomasi sambil tetap memegang komitmen tak akan membayar tebusan. Operasi militer dilakukan saat terpaksa, meski sekarang TNI lebih leluasa memasuki perairan Filipina.
YOHANES PASKALIS