TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kerugian yang diakibatkan bencana longsor dan banjir yang menimpa beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah serta Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, mencapai Rp 275,37 miliar.
Kerugian dan kerusakan ekonomi di Jawa Tengah meliputi wilayah Purworejo, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Sukoharjo, Kendal, dan Pekalongan. Kerugian di tujuh daerah tersebut mencapai Rp 61,24 miliar. "Sedangkan kerugian dan kerusakan akibat bencana di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar Rp 214,13 miliar," kata Sutopo dalam rilisnya, Rabu, 29 Juni 2016.
Sutopo mengatakan jumlah kerugian dan kerusakan itu merupakan akumulasi penghitungan berdasarkan nilai ekonomi berupa bangunan fisik dan fasilitas yang ada di daerah banjir dan gempa tersebut. "Sementara dampak korban jiwa dan psikososial belum dihitung karena sulit mengkuantifikasi dari dampak non-ekonomi," ucapnya.
Sutopo menambahkan, kerugian dan kerusakan itu cukup besar dibandingkan dengan sumbangan ekonomi akibat pemanfaatan ruang dan lahan di daerah-daerah rawan bencana tersebut. Kawasan yang terpetakan rawan bencana saat ini sudah berkembang menjadi permukiman sehingga sangat rentan terjadi bencana ketika dilanda hujan dengan intensitas tinggi.
"Besarnya kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana tersebut disebabkan masih minimnya upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang dapat meminimalkan dampak bencana," ujarnya.
Sebelumnya, bencana banjir dan longsor terjadi di hampir semua kabupaten di Jawa Tengah, Sabtu, 18 Juni 2016. Bencana serupa juga terjadi di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Senin, 20 Juni. Total korban jiwa akibat bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah serta Kepulauan Sangihe tersebut adalah 64 orang tewas, tiga orang hilang, dan 26 orang luka-luka.
Sebanyak 3.192 unit rumah dinyatakan rusak karena bencana tersebut. Tidak hanya itu, akibat bencana tersebut, 2.687 orang masih mengungsi hingga saat ini.
ABDUL AZIS