TEMPO.CO, Denpasar - Puluhan ribu masyarakat dari semua kabupaten di Bali mengadakan aksi long march menolak reklamasi Teluk Benoa, Minggu, 29 Mei 2016. Massa berjalan kaki dari Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, menuju bundaran pusat Desa Pakraman Renon.
Gerakan masyarakat Bali ini sekaligus mengiringi deklarasi secara resmi Desa Pakraman Renon untuk menolak reklamasi di Teluk Benoa. Saat ini sudah 36 desa adat di Bali yang secara tegas menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa.
Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan 'Gendo' Suardana, dalam orasinya, mengatakan gerakan rakyat menolak reklamasi Teluk Benoa menjelang tahun keempat ini akan terus gencar dilakukan. "Tidak ada pilihan selain terus maju. Kami akan upayakan terus setiap pekan turun ke jalan. Dalam minggu-minggu ini, Desa Adat Kesiman dan Pedungan akan segera mendeklarasikan sikapnya," kata Gendo.
"Hari ini, kami menguasai dan menduduki jalanan. Suatu hari , kami akan duduki kantor Gubernur Bali, kantor DPRD, karena tidak bisa melindungi rakyatnya," ujarnya.
Gendo menuturkan, jika Gubernur Bali Made Mangku Pastika benar-benar peduli terhadap aspirasi rakyat, seharusnya ia sudah menghentikan rencana reklamasi proyek PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI), jaringan bisnis milik taipan Tomy Winata. "Gerakan puputan Teluk Benoa adalah spirit pembelaan secara habis-habisan untuk Teluk Benoa yang harus dijaga martabatnya," tuturnya.
Ditemui seusai orasi, Gendo menjelaskan soal puputan gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. "Puputan adalah bentuk itikad bahwa kami akan berjuang habis-habisan apa pun risikonya. Gerakan ini selalu mengedepankan cara-cara damai," katanya.
BRAM SETIAWAN