TEMPO.CO, Nusa Dua - Calon Ketua Umum Partai Golongan Karya, Aziz Syamsudin, tidak kaget dengan mundurnya Ade Komarudin dalam kompetisi merebutkan kursi nomor satu di partai beringin. "Itu keputusan beliau. Kita hormati," katanya di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Selasa, 17 Mei 2016.
Sekretaris Fraksi Golkar DPR ini berujar, cara kompetisi itu juga dilakukan untuk kebaikan partai. Namun Aziz mengaku tidak tahu lobi yang dilakukan Setya dengan Ade.
Calon Ketua Umum Golkar lain, Syahrul Yasin Limpo, menuturkan cara pemilihan saat ini merupakan puncak demokrasi. Apalagi, ucap dia, di internal partai sempat terjadi ketegangan akibat Munaslub Golkar.
Gubernur Sulawesi Selatan ini menilai mundurnya Ade dan terpilihnya Setya sebagai ketua umum merupakan cara yang lembut untuk mengakhiri pertarungan. "Semoga ke depan lebih baik," katanya.
Calon ketua umum lain, Priyo Budi Santoso, menyatakan sudah membuat kesepakatan dengan Setya, yakni mendukung Setya sekaligus mengalihkan dukungannya ke Ketua Fraksi Golkar tersebut.
Menurut Priyo, dia mengalihkan dukungan itu karena telah melakukan pembicaraan dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dan Aburizal Bakrie. Priyo tidak menyebut lokasi pertemuan itu.
Sebelumnya, Setya terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar 2016-2019. Keputusan itu didapat setelah Ade Komarudin mundur seusai penghitungan suara tahap pertama. Dia mendapat 277 suara, sementara Ade 173 suara.
Ade menuturkan sudah berembuk dengan tim suksesnya. "Saya lebih muda daripada Novanto," ucapnya. Masih ada kesempatan untuk saya pada masa mendatang."
HUSSEIN ABRI YUSUF