TEMPO.CO, Semarang - Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kota Semarang sedang mengusut kegagalan siswanya yang tak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016. “Sekolah mencari (akar) permasalahan ke panitia SNMPTN di Yogyakarta. Kepala sekolah dan bagian kurikulum yang ke sana,” kata Wakil Kepala SMAN 3 Semarang, Rosikin, Rabu, 11 Mei 2016.
Pengusutan ini dilakukan guna menindaklanjuti aduan siswa jurusan IPA yang telah mendapat undangan dan ikut SNMPTN, tapi banyak yang tak lolos ujian. Jumlahnya mencapai 380 anak. “Sedangkan jurusan IPS lulus diterima di PTN 24 orang dari total 42 anak yang ikut SNMPTN,” kata Rosikin.
Rosikin terkejut atas kegagalan banyak siswa jurusan IPA yang mendapat undangan jalur SNMPTN itu. Hal ini didasarkan pada perbandingan siswa jurusan lain dan program akselerasi atau percepatan yang sebagian besar lulus.
Tercatat terdapat 20 siswa jurusan IPA SMAN 3 Kota Semarang yang ikut akselerasi atau kelas percepatan. Sebanyak 14 siswa di antaranya diterima di perguruan tinggi negeri dan satu anak diterima di perguruan tinggi di negara Jepang.
Kondisi itu dinilai ganjil karena saat ujian nasional berbasis komputer semua siswa SMAN 3 tersebut lulus dengan nilai ujian rata-rata tinggi. “Makanya kami mencari tahu ke panitia penyelenggara SNMPTN,” katanya.
Tercatat selama ini SMAN 3 Kota Semarang merupakan sekolah unggulan di ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Sekolah itu juga menerapkan sistem kredit semester (SKS).
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin, menyatakan belum mendapatkan informasi detail ihwal penyebab gagalnya seluruh siswa jurusan IPA SMAN 3 Kota Semarang yang mengikuti ujian SNMPTN. “Dinas Pendidikan akan mengklarifikasi kepada sekolah dan panitia SNMPTN,” kata Bunyamin.
Bunyamin membantah kegagalan itu berkaitan dengan penerapan sistem kredit semester (SKS) yang dilakukan sekolah. Menurut Bunyamin, sistem SKS ini dikeluarkan kementerian melalui Direktorat pembinaan SMA yang di dalamnya terdapat ketentuan pola reguler dan pola SKS.
Dinas Pendidikan Kota Semarang sedang berkoordinasi dengan Kepala Dinas Provinsi Jawa Tengah terkait dengan pola-pola sistem SKS itu. “Karena tahun lalu kan tidak ada masalah dan baru tahun ini terjadi," ujar Bunyamin.
EDI FAISOL