TEMPO.CO, Klaten - Pasar Induk Klaten, Jawa Tengah, tak cuma menebar aroma yang sangat khas pasar tradisional, tapi juga aroma bau busuk sampah. Sumbernya ada di penampungan sampah di bagian belakang Pasar Induk Klaten yang sudah menggunung.
Berdasarkan pantauan Tempo, bau tak sedap dari tumpukan sampah itu menyebabkan sebagian pedagang di sekeliling timbunan sampah tersebut mengeluh karena mulai ditinggalkan pelanggan.
"Anda lihat sendiri, pengunjung yang lewat sini pasti berjalan cepat sambil menutup hidung. Mereka tidak sempat melirik ke lapak kami," kata Marsiyem, 45 tahun, pedagang daging ayam di Pasar Induk Klaten, Selasa, 26 April 2016.
Marsiyem mengatakan sampah yang menggunung tepat di depan lapaknya itu sudah tiga hari belum diangkut. "Lalat bukan main banyaknya. Kalau hujan lebih parah lagi, beceknya minta ampun," kata Marsiyem, yang mengaku pendapatannya menurun sekitar 50 persen dibanding saat kondisi normal.
Timbunan sampah itu terjadi akibat belum tersedianya lokasi baru untuk membuang sampah di Kabupaten Klaten, sedangkan Tempat Pembuangan Akhir Joho di Kecamatan Prambanan sudah hampir penuh.
Lurah Pasar Induk Klaten Badarudin mengaku sudah menyampaikan keluhan pedagang ihwal timbunan sampah kepada Dinas Pekerjaan Umum Klaten. "Informasi yang kami terima, sampah belum bisa diangkut karena belum ada TPA baru," katanya.
Badarudin mengatakan, selama menunggu ada TPA alternatif, pihaknya berupaya meminimalkan dampak buruk dari sampah yang tidak kunjung diangkut. Salah satunya rutin menaburkan bubuk batu gamping ke sampah guna mencegah munculnya lalat dan belatung. “Tapi, gara-gara sampah yang tidak kunjung terangkut, sebagian pedagang menolak membayar retribusi dan dana kebersihan,” ujarnya.
DINDA LEO LISTY