TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Belum selesai kasus penculikan sepuluh anak buah kapal asal Indonesia oleh kelompok bersenjata di Filipina, kasus serupa kembali terjadi. Kali ini, kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Cristi juga dibajak kelompok bersenjata di perairan perbatasan Malaysia dan Filipina, Jumat sore, 15 April 2016.
"Kapal tersebut berlayar dari Filipina menuju Indonesia dengan sepuluh ABK," kata Konsul Republik Indonesia di Tawau, Abdul Fatah Zainal, kepada Tempo, Sabtu 16 April 2016. "Dari sepuluh ABK, empat orang diculik pembajak, lima selamat dan seorang tertembak," katanya.
Korban tertembak, menurut Abdul Fatah, berhasil diselamatkan Polisi Maritim Malaysia dan dievakuasi ke Semporna. "Setelah dievakuasi ke Semporna, korban dirujuk ke Rumah Sakit Tawau karena di Semporna rumah sakitnya kurang lengkap."
Walaupun masih enggan menjelaskan detail tentang identitas korban, Abdul Fatah menjamin korban yang tertembak saat ini dalam kondisi stabil. "Tadi sudah dilakukan operasi pengangkatan proyektil oleh dokter. Ada dua luka tembak di bawah lengan, dan kondisinya saat ini sudah stabil," ujarnya.
Belum jelas kelompok mana yang bertanggung jawab atas pembajakan dan penculikan ABK WNI tersebut. Namun, dari polanya, cara itu kerap dilakukan kelompok separatis bersenjata Abu Sayyaf di Filipina.
Sebelumnya, sepuluh WNI awak kapal pandu Brahma 12 juga diculik kelompok Abu Sayyaf sejak 26 Maret lalu. Mereka meminta tebusan 50 juta peso (sekitar Rp 14,3 miliar) untuk pembebasan sandera. Hingga kini, usaha pembebasan sepuluh sandera masih dilakukan.
MASRUR