TEMPO.CO, Kerinci - Semburan abu vukanik Gunung Kerinci merusak ladang tanaman kentang di Bendung Air Timur, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. "Walaupun abunya tipis, tetapi banyak tanaman kentang saya yang mati setelah terkena hujan abu minggu lalu,” kata Musnaini, warga Bendung Air Timur, Selasa, 12 April 2016.
Selain di Kayu Aro, guyuran abu Gunung Kerinci juga merusak ladang petani di Leter W, perbatasan Kerinci dengan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. “Minggu lalu tanaman tembakau saya daunnya menguning. Kacang buncis dan bawang banyak yang mati,” kata Yendrawati, warga Bendung Air Timur yang berladang di Leter W.
Menurut Yendrawati, meski aktivitasnya meningkat, sejauh ini kondisi Gunung Kerinci belum terlalu menakutkan. Sebab kondisi yang lebih ekstrem, yakni letusan pijar api dari puncak gunung, dulu pernah terjadi. “Baru dua minggu ini Gunung Kerinci mengeluarkan asap hitam,” katanya.
Berdasarkan pengamatan Tempo di Kayu Aro pada 9-11 April, dari pagi hingga sore puncak Gunung Kerinci mengembuskan asap tebal berwarna abu-abu diselingi asap putih. Tidak semua ladang warga di Kayu Aro terkena abu vulkanik karena asap material gunung mengarah ke timur. Hujan yang turun juga menetralkan polusi abu vulkanik.
“Untungnya banyak hujan, jadi abunya cepat terbilas dari daun teh,” kata Lina, warga Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro. Kersik Tuo termasuk kawasan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VI.
Pengamat Gunung Api Kerinci di pos pengamatan Kersik Tuo, Indra Saputra, mengatakan Gunung Kerinci berstatus waspada sejak September 2007. Pada 28 Maret 2016, aktivitasnya teramati mulai meningkat. "Sejak 28 Maret kawah Kerinci mengembuskan asap keabu-abuan. Pada 29 September ketinggian asapnya 800-1.200 meter, hari ini 400-800 meter,” katanya.
Menurut Indra, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekat ke kawah dalam radius tiga kilometer. “Pendakian ke Gunung Kerinci hanya boleh sampai shelter 2,” katanya.
FEBRIANTI