TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pagi tadi menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Kamis, 31 Maret 2016. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi menyatakan kepercayaannya terhadap Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang memegang prinsip Islam toleran dan moderat. "Presiden Jokowi percaya, NU dari pimpinan pusat hingga warganya yang paling bawah antiradikalisme" kata Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU, di kompleks Istana Merdeka.
Menurut Said Aqil, Presiden Jokowi meminta NU terlibat dalam program deradikalisasi bagi warga Indonesia yang baru kembali dari Suriah. "Beliau minta, nanti sepulang ‘alumnus’ ISIS, Suriah, kami menangani deradikalisasi karena banyak yang pulang kan, sekitar 600," ujarnya.
Pertemuan tersebut berlangsung selama sekitar 1 jam. Pengurus yang hadir antara lain Rais Aam Maruf Amin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PBNU Prof Masoen, Sekjen PBNU Helmy Faisal, Ketua Umum Anshor Yakuq Cholil, dan Ketua Umum Fatayat Anggia Ermarini.
Dalam kesempatan itu, Said Aqil mengatakan gerakan Islam Nusantara merupakan sosialisasi terhadap Islam yang ramah, santun, moderat, dan berbudaya Indonesia. "Satu-satunya Islam di dunia dengan jargon mencintai Tanah Air bagian dari iman itu di Indonesia," ucapnya setelah menemui Presiden di Kompleks Istana, Kamis ini.
Said mengatakan, dalam program Islam Nusantara, NU akan memperkenalkan konsep Islam yang juga mencintai Tanah Air kepada kader-kader NU dan warga di seluruh Indonesia. Menurut dia, konsep Islam yang mencintai bangsa dan negara tidak pernah muncul di Timur Tengah. Konsep Islam dan kebangsaan, kata dia, harus disebarkan juga untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme.
PBNU, kata Said, juga akan berkeliling Nusantara di 40 titik untuk menyebarkan program tersebut. Said mengatakan NU menggerakkan kiai-kiai di seluruh Indonesia untuk mendukung program Islam Nusantara. "Pagi ini diresmikan, dibuka oleh Panglima TNI di Cirebon, dan kita akan keliling 40 titik," ucapnya.
ANANDA TERESIA