TEMPO.CO, Pinrang - Warga Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, memilih tidak mengkonsumsi daging setelah daerah itu dilanda penyakit antraks yang mengakibatkan puluhan ekor sapi dan kerbau mati mendadak.
“Untuk sementara waktu tidak beli daging. Kami pake lauk ikan laut, tahu, atau tempe,” kata Samsuriah, warga Jalan Sultan Hasanuddin, Pinrang, ketika ditemui saat berbelanja di Pasar Sentral Pinrang, Senin, 14 Maret 2016.
Kematian mendadak sapi dan kerbau terjadi dalam dua minggu terakhir. Jumlah paling banyak di Desa Malimpung, Kecamatan Patampanua. Hingga Selasa pekan lalu tercatat 31 ekor sapi dan 5 ekor kerbau mati. Peristiwa itu membuat para peternak dan warga geger dan panik.
Menurut Samsuriah, biasanya keluarganya mengkonsumsi daging sapi satu atau dua kali dalam seminggu. Namun, sejak muncul penyakit antraks, ia menahan diri tidak mengkonsumsi daging.
Ia berharap Pemerintah Kabupaten Pinrang segera mengatasinya agar tidak meluas ke seluruh wilayah Pinrang. “Sejak muncul kabar penyakit antraks, kami menjadi tidak enak pada kerabat yang mengadakan hajatan. Para tamu enggan menyantap makanan yang disuguhkan karena ada daging,” ucap Samsuriah.
Baca Juga:
Rasa takut warga belum banyak berpengaruh terhadap penjualan daging sapi di Pasar Sentral Pinrang. Jumlah pasokan dan harganya juga masih seperti sebelum muncul penyakit antraks. “Pasokan masih normal, harganya pun tetap Rp 95 ribu per kilogram,” ujar salah seorang pedagang daging, Johor, 45 tahun.
Johor yang sudah puluhan tahun menjadi pedagang daging sapi mengatakan daging yang dijualnya berasal dari Rumah Potong Hewan Pinrang di Paleteang.
"Daging sapi yang saya jual tidak ada virus antraks karena sudah melalui proses tes,” ucapnya sembari menambahkan pembeli yang sudah menjadi langganannya adalah para penjual makanan siap saji, seperti tukang bakso, sop konro, dan coto Makassar.
Sementara itu, diperoleh informasi dua orang warga Desa Malimpung, Adi Firman dan Gunawan, menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang, Pinrang.
Keduanya diduga terjangkit penyakit antraks dan ditempatkan di ruang isolasi. Pihak rumah sakit sedang menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel darah mereka. Hari ini atau besok sudah ada kepastian. “Jika negatif, keduanya akan dipulangkan," tutur Direktur RSUD Lasinrang Sitti Hasnah Syam.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang Muhammad Rida mengatakan pihaknya terus mensosialisasikan penyakit antraks dan cara pencegahannya.
“Masyarakat perlu diberi tahu ciri-ciri ternak atau daging yang terkena antraks,” ujarnya sembari mengatakan sosialisasi dilakukan bersama instansi terkait, seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, juga Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi, dan UKM.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang Johanis mengatakan sedang melakukan koordinasi dengan Dinas Perdagangan guna mengantisipasi peredaran daging sapi yang mengandung antraks.
"Selain melakukan vaksinasi sapi, kami mendatangi pasar mencari daging yang terkena antraks, tapi sampai hari ini belum ada temuan," tuturnya.
DIDIET HARYADI SYAHRIR