TEMPO.CO, Semarang – Pada Januari-Maret 2016, 33 orang tewas akibat tenggelam dalam 28 kejadian kecelakaan air di Jawa Tengah. Dari 28 kecelakaan di air itu, 16 di antaranya kecelakaan di sungai, selebihnya di embung dan laut. “Musibah di sungai tertinggi di Jawa Tengah,” kata Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang Agus Haryono, Rabu, 9 Maret 2016.
Tingginya kecelakaan di sungai tak lepas dari musim penghujan yang turun pada awal tahun ini. Curah hujan yang tinggi membuat debit air sungai di Jawa Tengah meningkat. “Bahkan sungai yang ketinggian airnya biasanya hanya 10-20 sentimeter sekarang bisa mencapai 1 meter lebih akibat hujan turun deras,” ujar Agus.
Dia menunjuk kasus anak 7 tahun yang terpeleset dan hanyut saat bermain di selokan. “Selokan yang awalnya hanya berkedalaman tak sampai 50 sentimeter tiba-tiba saja menjadi tinggi debit airnya setelah hujan lebat mengguyur,” ucapnya.
Hal yang sama menimpa Walimah, 60 tahun, yang hanyut saat menyeberangi anak Sungai Beringin. Kondisi normal sungai yang memiliki lebar 2 meter itu hanya berkedalaman tak lebih dari 50 sentimeter. Tapi, saat Walimah menyeberang, di bagian hulu sungai baru saja diguyur hujan lebat, sehingga arus sungai kencang dan menghanyutkan tubuhnya. "Bila cuaca mendung, alangkah baiknya aktivitas di sungai dikurangi,” tutur Agus.
Juru bicara Basarnas Kantor SAR Semarang, Zulhawary Agustianto, menyatakan angka korban tenggelam dan terseret arus makin tinggi karena masyarakat kurang waspada. “Selain terpeleset, tak bisa berenang dan sedang berfoto selfie di sungai menjadi penyebab korban hanyut,” ucap Zulhawary.
Kecelakaan itu terjadi di Sungai Tinjomoyo, Semarang. “Enam remaja, tiga di antaranya selamat dan tiga lagi tewas, hanyut kala asyik berfoto selfie di tengah Sungai Tinjomoyo,” ujarnya. Semula cuaca hanya mendung tipis dan arus sungai tidak deras. Kelompok remaja itu bergerak menuju tengah sungai lalu naik ke atas bongkahan batu dan berfoto.
Saat asyik berfoto, tiba-tiba debit air meningkat sangat cepat, karena di bagian selatan hujan turun sangat deras dan menenggelamkan batu yang mereka pijak. “Mungkin karena dikelilingi arus sungai yang sangat kencang, mereka panik lalu jatuh dan hanyut,” tuturnya.
EDI FAISOL