TEMPO.CO, Banjarmasin - Pelaksana tugas Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Suharsono, mengatakan tidak memperoleh informasi ihwal kunjungan turis asing, periset asing, ataupun periset dalam negeri, saat fenomena gerhana matahari total (GMT) melintasi Kota Amuntai, ibu kota Kabupaten HSU.
Meski nihil pelancong asing, seluruh kamar hotel di Kota Amuntai ludes dipesan pelancong lokal. “Enggak ada turis asing. Kalau turis lokal dari Barabai, Rantau, Banjarmasin, dan Barito Timur cukup banyak,” ujar Suharso kepada Tempo, Rabu 9 Maret 2016.
Menurut dia, cuaca mendung sempat menghalangi fenomena GMT. Ketika puncak GMT pada pukul 08.30-08.32 wita, kata Suharso, langit Kota Amuntai berubah gelap seperti malam hari. Lampu-lampu penerangan jalan umum sempat menyala beberapa menit di Amuntai.
Ia menuturkan, aneka macam ekspresi diperlihatkan oleh warga yang menyaksikan GMT, seperti bersujud, merapal doa, menangis, dan ketakutan. “Kagum melihat kekuasaan dan kebesaran Allah,” ujarnya.
Miskin turis asing juga dirasakan oleh Zain Ramali, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabalong. Zain mengaku tidak ada laporan tentang kedatangan periset asing dan turis asing yang berminat mengamati fenomena GMT di Tabalong.
“Kalau turis asing enggak ada. Tapi turis lokal banyak, Kementerian Pariwisata juga mengirim pejabatnya ke sini,” ucap Zain.
Di Kalimantan Selatan, GMT dapat dinikmati di Kota Tanjung,ibu kota Kabupaten Tabalong; Paringin ,ibu kota Kabupaten Balangan; dan Amuntai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Di Kota Tanjung, durasi waktu GMT selama 2 menit 28 detik. Adapun di Kota Paringin selama 2 menit 8,1 detik, dan di Kota Amuntai GMT selama 1 menit 50,6 detik. Di luar ketiga kota tadi, sepuluh kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan cuma menikmati gerhana matahari sebagian.
DIANANTA P. SUMEDI