TEMPO.CO, Surabaya – Peristiwa alam gerhana matahari total yang terjadi di Indonesia pada Rabu, 9 Maret 2016, memang hanya dapat diamati di 11 kota di Indonesia. Beberapa kota lainnya seperti Surabaya hanya bisa menyaksikan proses gerhana matahari 83 persen sejak pukul 06.21 hingga 08.39 WIB. Namun, jika masih penasaran, masyarakat tetap diimbau waspada ketika melihat gerhana matahari sebagian itu.
“Meskipun tidak gerhana matahari total, ya sama bahayanya jadi tetap harus waspada. Bahkan, melihat matahari secara langsung tidak memungkinkan,” kata pakar astronomi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Bintoro Anang Subagyo kepada Tempo, Senin, 7 Maret 2016.
Menurutnya, meski hanya 83 persen, masyarakat sebaiknya tetap menggunakan alat khusus untuk mendukung keselamatan. Contohnya pinhole, menggunakan kedok las, atau membeli kacamata. “Harganya saya rasa tidak mahal sekitar 30 hingga 50 ribu,” ujarnya.
Sebab, kadar cahaya yang masuk ke mata maupun lama pengamatan, tak menjamin seberapa dampaknya bagi kesehatan. “Karena tidak terasa meskipun cuma melihat sebentar. Kalau saat matahari tertutup total tidak masalah,” kata dia. (Baca juga: Nobar Gerhana Matahari, LAPAN Pasuruan Siapkan 7 Teleskop)
Namun ketika matahari muncul kembali dengan intensitas cahaya yang tinggi dan pupil mata kita tidak siap, di situlah bahayanya. Begitu pula melihat dengan hanya menggunakan kacamata hitam biasa.
Meski terkadang kita bisa melihat matahari secara langsung dengan kacamata hitam, namun Bintoro menerangkan saat itu pupil kita telah beradaptasi sempurna. “Alat bantu penglihatan yang baik adalah yang mampu mereduksi cahaya hingga 100 ribu kali. Kacamata hitam tidak mampu mereduksi sebanyak itu.”
Apalagi, gangguan penglihatan ini tidak terjadi secara langsung setelah melihat gerhana. Tapi bisa terjadi berhari-hari hingga berminggu-minggu setelahnya.
Walau begitu, masyarakat tak perlu khawatir beraktivitas selama gerhana matahari sebagian selama kurang lebih 2 jam tersebut. Terutama jika memang tak ingin menatapnya secara langsung.
Mahasiswa dan dosen ITS Surabaya juga mengajak masyarakat bergabung melakukan pengamatan gerhana matahari total di Pantai Kenjeran, Surabaya. Kegiatan menyaksikan fenomena alam itu digelar bersama puluhan anggota komunitas astronomi Surabaya sejak pukul 06.30. “Silakan bagi yang mau datang, karena gerhana sebagiannya berlangsung cukup lama. Nanti kami siap membantu untuk menjelaskan,” tuturnya. (Baca: TVRI Gelar Siaran Langsung Gerhana Matahari Total dari Palembang)
ARTIKA RACHMI FARMITA