TEMPO.CO, Bojonegoro-Para petani penggarap sawah sekitar Bengawan Solo di Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur mengaku rugi besar setelah selama Februari ini sungai terpanjang itu meluap tiga kali. "Rugi karena banjir,” ujar Usamali, petani Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, Bojonegoro, Jumat, 26 Februari 2016.
Usamali mengaku menanam padi di sawah seluas 2 hektare. Tanaman yang masih berusia 30 hingga 40 hari itu sebenarnya masih butuh perawatan. Namun karena sawahnya terendam tiga kali, yakni pada 9, 12 dan 25 Februari, Usamali memastikan hasil panennya bakal tidak maksimal.
"Jika padi terendam banjir dua-tiga hari, hasil panennya akan merosot. Dari panen normal bisa menghasilkan antara 7-8 ton per hektare jadi turun menjadi 4 ton perhektare," kata dia.
Usamali menyebutkan ongkos produksi yang dia keluarkan untuk menanam benih dan mengolah sawah Rp 6-7 juta per hektare. Sekali panen dalam kondisi normal, kata dia, bisa menghasilkan Rp 25-Rp 30 juta per hektare. "Bila panen merosot karena banjir, balik modal saja sudah bagus," katanya.
Syaiful, petani asal Desa Sawahan, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban juga berpendapat sama. Lahan garap miliknya seluas 1,5 hektare juga terendam banjir. Agar tidak rugi banyak, Syaiful terpaksa memanen padinya yang berumur 80 hari. “Takut busuk,” ujarnya.
Data Dinas Pertanian Bojonegoro menyebutkan 603,5 hektare tanaman padi usia rata-rata dua bulan puso setelah tergenang banjir pada 9 dan 12 Februari 2016. Adapun total lahan yang tergenang seluas 1.946,5 hektare.
Riciannya 585 hektare kerusakan di bawah 25 persen, 758 hektare di bawah 50 persen dan 603,5 hektare di atas 50 persen.
SUJATMIKO