TEMPO.CO, Belopa - Anak kedua dari pasangan suami-istri, Yulianti dan Sampe, di Kabupaten Luwu, Sulawesi Tengah, akhirnya meninggal, Kamis, 4 Februari 2016. Bayi ini punya kelainan, yakni kepalanya dua dan saling menempel. Bayi perempuan ini lahir prematur delapan bulan.
Ditemui di ruang perawatan VIP B5, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batara Guru, Belopa, Kamis, 4 Februari 2016, Yulianti mengaku tidak punya firasat apa pun, soal kelainan pada bayinya. “Bayi saya kepalanya dua dalam satu badan, jenis kelamin perempuan. Sempat hidup selama satu hari dan dirawat di dalam inkubator,” kata Yulianti.
Yulianti sempat memeluk jenazah anaknya, sebelum dibawa pulang ke rumahnya di Padangsappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, Rabu, 3 Februari 2016. Dengan nada sedih, Yulianti menjelaskan, tidak mengetahui penyebab meninggalnya anaknya tersebut.
“Saya tidak tahu apa pun soal penyakit anak saya, keluarganya hanya memberi tahu, jika anak yang saya lahirkan melalui operasi caesar, meninggal dunia,” ujarnya.
Selain sedih kehilangan anak keduanya, Yulianti kini bingung bagaimana mendapatkan uang untuk membayar biaya melahirkan di rumah sakit. Dia memperkirakan, biaya perawatan dan melahirkan secara caesar, membutuhkan dana Rp 20 juta.
“Suami saya hanya mekanik di bengkel di Kota Palopo, saya terdaftar sebagai pasien umum dan tidak menggunakan asuransi apa pun, sementara ini, keluarga saya sedang mengurus BPJS,” katanya.
Hingga saat ini, Yulianti masih terbaring lemah di ruang perawatan VIP B5 RSUD Batara Guru, dia ditemani sejumlah kerabatnya. Sementara suaminya, Sampe, sibuk mengurus pemakaman anak keduanya.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batara Guru Suharkimin belum memberikan keterangan apa pun soal bayi prematur yang berkepala dua tersebut. Ruangannya tertutup rapat, saat dikonfirmasi melalui telepon, Suharkimin mengaku sedang menghadap Bupati Luwu untuk menyerahkan sejumlah laporan hasil kerjanya.
“Sebentar yah, saya sedang sibuk menyusun laporan untuk dihadapkan ke Bapak Bupati,” kata Suharkimin, melalui sambungan telepon. Sementara sejumlah perawat dan dokter yang bertugas jaga di ruangan tersebut, juga tidak bersedia memberikan keterangan soal meninggalnya bayi tersebut.
HASWADI