TEMPO.CO, Tenggarong - Sebanyak 42 kepala keluarga (KK) anggota eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, kabur ke Yogyakarta. Setelah ditelusuri, mereka ternyata sudah pulang kampung dengan biaya sendiri.
Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi rencana pemulangan eks Gafatar gelombang kedua di Kantor Bupati Kutai Kartanegara, Rabu, 3 Februari 2016. Camat Tenggarong Mulyadi mengungkapkan kepulangan mereka tanpa sepengetahuan pemerintah setempat karena kepergian mereka diperkirakan terjadi pada Selasa dinihari, sekitar pukul 02.00 Wita.
"Jadi mereka itu pulang sendiri, padahal sudah kami rencanakan kepulangannya," kata Mulyadi, Rabu, 3 Februari 2016.
Dugaan 'kabur' 42 KK eks Gafatar di Kecamatan Tenggarong diketahui pada Selasa siang. Sesuai dengan rencana pada Selasa, 2 Februari 2016, sekitar pukul 09.00 Wita, diadakan pertemuan eks Gafatar dengan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspikda) di kantor Kecamatan Tenggarong.
Komandan Koramil Tenggarong Kapten Sudarmadi mengakui rencana pertemuan itu batal. Dia mengaku sebenarnya Muspika sudah menunggu sejak pagi di kantor camat, tapi eks Gafatar ternyata tak ada yang hadir.
"Jadi sekitar jam 11.00 Wita, kami telepon salah seorang perwakilannya, tapi dia mengaku sudah di Yogyakarta, kampung halamannya," kata Sudarmadi.
Keberadaan mereka sudah ada Yogyakarta dipastikan lewat alat polisi yang bisa mendeteksi lokasi melalui telepon genggam. Saat ditelepon, diketahui mereka sudah berada di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.
Menurut Sudarmadi, kehidupan sehari-hari eks Gafatar di Kecamatan Tenggarong berbeda dengan daerah lain yang cenderung eksklusif. Di Kecamatan Tenggarong, kata Sudarmadi, mereka bisa berbaur dengan warga dengan menyewa rumah-rumah sewaan. "Mereka umumnya berdagang keliling, dan ada yang bertani," kata Sudarmadi.
Kepulangan mereka ke kampung halaman yang tanpa pamit itu menimbulkan tanya di Pemkab Kutai seperti yang diungkapkan Penjabat Sekretaris Daerah Pemkab Kutai, Marli. "Pertanyaan mendasar adalah apakah sudah seluruhnya pulang kampung? atau jangan-jangan mereka hanya berpindah saja," kata Marli.
FIRMAN HIDAYAT