TEMPO.CO, Makassar - Satu keluarga di Makassar dilaporkan hilang setelah bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara. Mereka yang dinyatakan hilang adalah pasangan suami-istri Abdul Kadri Nasir, 32 tahun, dan Hasrini Hafid, 32 tahun. Turut hilang dua anak mereka, yakni Abiyan, 2 tahun, dan Berlian, 7 bulan. Pasangan suami-istri yang berstatus pegawai negeri sipil di Badan Pusat Statistik Jeneponto itu hilang sejak 20 Oktober 2015.
Ayah Hasrini, Abdul Hafid, 67 tahun, mengatakan pihak keluarga sudah melapor ke kepolisian dan Majelis Ulama Indonesia pascahilangnya keluarga Hasrini. "Saya yakin anak saya bergabung dengan Gafatar setelah menemukan banyak dokumen di rumah kontrakannya di Jeneponto. Kira-kira ada ratusan formulir Gafatar," ucap Hafid saat ditemui di kediamannya di Makassar, Rabu, 13 Januari.
Hafid menduga anaknya bergabung dengan Gafatar atas ajakan suaminya. Hasrini mulai diperkenalkan dengan Gafatar oleh besannya yang selalu mengajak Hasrini mengikuti kegiatan organisasi terlarang itu dengan kedok pengajian. Hafid mengaku tidak mengetahui anak bungsunya itu bergabung dengan Gafatar. "Saya baru menyadarinya setelah keluarga anak saya menghilang dan mulai mengaitkan dengan perubahan sikapnya," ujarnya.
Perubahan sikap Hasrini dan Kadri, menurut Hafid, sangat terlihat jelas dalam dua tahun terakhir. Keduanya tidak lagi menunaikan ibadah salat dan puasa. Bahkan Hasrini pernah menasihati ibunya, Rohana, 62 tahun, agar tidak menunaikan ibadah haji lantaran menghabiskan dana. Ia mengaku sedih atas perubahan sikap anak dan menantunya itu.
Hafid menduga Kadri merupakan pentolan pengurus Gafatar. Menantunya itu diketahui merupakan Sekretaris Gafatar Sulawesi Selatan dan Ketua Gafatar Jeneponto. Tiga bulan sebelum keluarga anaknya menghilang, Hafid mengaku sempat berdebat dengan Kadri soal ibadah. Ia mengkritisi pendapat menantunya yang menyebut salat itu celaka lantaran hanya memaknai potongan ayat suci Al-Quran.
Pensiunan TNI itu mengharapkan anaknya segera sadar dan kembali. Adapun terhadap menantunya, dia mengaku jengkel dan terkadang memiliki pikiran ingin membunuhnya. Hafid juga mengharapkan pemerintah segera bertindak untuk menghancurkan Gafatar, agar tidak semakin banyak orang hilang dan kehilangan akidah. "Gafatar itu teroris akidah," ucap pria yang juga imam masjid itu.
Adapun Rohani tidak kuasa menahan tangis setiap kali bercerita tentang kepergian anak bungsunya itu. Hasrini dan keluarganya disebutnya tidak pernah pamit. Rohani mengaku terakhir kali bertemu dengan anaknya pada 17 Oktober lalu. Saat itu anaknya membolos kerja dan tinggal tiga hari di rumahnya. "Saya tegur karena tidak masuk kantor, tapi dia bilang rindu. Setelah itu, tidak pernah lagi ketemu," tuturnya.
Rohani mengatakan Hasrini sebenarnya sempat menghubunginya pada akhir tahun lalu. Saat itu dia mengaku berada di Bandung. Namun sang anak menolak membeberkan aktivitasnya. Rohani mengaku sempat terus membujuk Hasrini untuk pulang dengan alasan dirinya sakit. Tapi sang anak tetap tidak pulang. "Kami tidak bisa menghubungi dia dan keluarganya," ucapnya.
TRI YARI KURNIAWAN