Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Edhi Sunarso, Pembuat Diorama Monas dan Tugu Pancoran  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Patung Dirgantara atau lebih dikenal sebagai Patung Pancoran di Jakarta karya Edhi Sunarso, Jakarta. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Patung Dirgantara atau lebih dikenal sebagai Patung Pancoran di Jakarta karya Edhi Sunarso, Jakarta. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Iklan

TEMPO.COJakarta - Sejarah patung monumen di Indonesia mengukuhkan Edhi Sunarso sebagai salah seorang pelopor seni patung modern Indonesia. Ia mengerjakan 11 patung monumen sejak 1953 hingga 2000 dan sembilan diorama sejarah. Dari monumen Tugu Muda di Semarang sampai monumen pahlawan Ida Bagus Japa di Bali; dari diorama sejarah di Monumen Nasional Jakarta pada 1963 sampai diorama sejarah Museum Tugu Pahlawan 10 November di Surabaya pada 2003.

Edhi Sunarso wafat Senin, 4 Januari 2016 pada pukul 22.53. Jenazah disemayamkan di rumah duka Griya Seni Kustiyah Edhi Sunarso, Desa Nganti RT 02 RW 07, Jalan Cempaka No. 72, Mlati, Sleman, Yogyakarta, dan akan dimakamkan di makam seniman Imogiri. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 13.00, Selasa, 5 Januari 2016.

Reputasinya sebagai pematung mo­numen bukannya tak berisiko. Pernah suatu ketika ia dikenal sebagai pematung proyek atau seniman patung pesanan. Toh, ia tak peduli. ”Saya membuat patung monumen sebagai peng­abdian,” katanya ketika berpameran tunggal di Jogja Gallery. Pameran patung Edhi Sunarso ini pernah dimuat Majalah Tempo edisi 25 Januari 2010.

Sebagian besar hi­dupnya, selain sebagai dosen ­patung di Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI Yogyakarta (kini ISI Yogyakarta), ia habiskan untuk menggarap patung monumen dan diorama sejarah. ”Saya sebagai seniman terkadang merasa je­nuh dengan pekerjaan diorama ini. Bukan hanya waktu pengerjaannya sangat lama, melainkan kebebasan berekspresinya pun ikut terkungkung,” ujar Edhi. Tak aneh, sebagai seniman patung, karya patung individualnya sedikit jumlahnya, sebagaimana yang dipamerkan di Jogja Gallery itu. 

Sebagai pembuat patung monumen dan diorama sejarah, Edhi harus taat dengan narasi untuk menggalang rasa nasionalisme. Secara visual pun ia harus menggunakan citraan realis. Pada patung monumen, ia menampilkan figur ekspresif, sangat maskulin, dan punya karakter gerak. Misalnya karya patung Pembebasan Irian Barat, berupa sosok pria dengan tubuh berotot, tangan mengepal, dan mulut terbuka seperti sedang berteriak. 

Pada karya patung Dirgantara di Jakarta, sosok laki-laki dengan kaki kukuh menopang tubuh melengkung bak siap melesat ke udara. Kemampuan membuat patung realis ia peroleh dari gurunya, pelukis Hendra Gunawan, yang juga membuat patung pada masa itu, hingga mempelajari anatomi dari dosen Universitas Gadjah Mada. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, pada karya individualnya, Edhi bergerak lebih dinamis. Ia menggarap patung dari citraan realis ke bentuk deformatif (pemiuhan) hingga abstrak. Perubahan itu tampak sejak ia belajar di Departemen Seni Rupa Universitas Visva Bharati, Shantiniketan, India, pada 1955. Kecenderungan baru itu berlanjut setelah ia kembali ke Indonesia dua tahun kemudian. Pada sejumlah karyanya, ia memanfaatkan keindahan serat kayu sonokeling untuk mengolah bentuk, volume, dan ruang, yang menghasilkan abstraksi bentuk figur atau torso wanita.

Pada beberapa karya, Edhi bahkan nyaris meninggalkan bentuk figur manusia. Hanya kesan gerak dan beberapa bagian yang secara samar mengisyaratkan bagian tubuh manusia. Misalnya pada karya Torso#1 (1958), berupa torso perempuan yang menunjukkan bagian pinggul ke bawah melebar, sedangkan tubuh bagian atas meliuk langsing dengan dua buah dada hanya berupa gundukan kecil. Pada karya ini, gerak tubuh wanita yang gemulai diolah lewat penyederhanaan bentuk sehingga menampilkan sensualitas yang lembut. ”Inilah yang menjadi ciri khas karyanya,” ujar Anusapati, kurator pameran.

Merebaknya modernisme lewat gaya abstrak (nonrepresentasional) pada 1970-an tak banyak berpengaruh pada karya patung Edhi. Hanya beberapa karyanya yang betul-betul bercorak abstrak, misalnya Keseimbangan, berupa dua pilar melengkung secara ho­rizontal dengan dua bentuk bulat pada ujung yang berbeda. Sebaliknya, abstraksi bentuk figurlah yang paling menonjol pada karya individual Edhi, yang kemudian berpengaruh pada karya banyak seniman patung yang ia didik di Sekolah Tinggi Seni Rupa ASRI.

Berbeda dengan pematung lain yang kebanyakan hidup dari karya ­patung individual, Edhi hidup sepenuhnya dari proyek patung. Selama itu, ia hanya bisa mengikuti pameran patung bersama. Edhi baru bisa menggelar pameran tunggal saat perannya surut dengan usia yang menua, ketika rezim politik berganti, saat gelora nasionalis­me bukan lagi merupakan proyek politik yang seksi. Namun satu hal yang tak dapat disangkal, dialah perintis patung mo­numen di negeri ini, dengan meng­ubah kemustahilan teknis menjadi keniscayaan.

RAIHUL FADJRI, SUNUDYANTORO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Daud Beureueh, Jejak Pejuang Kemerdekaan Asal Aceh yang Berontak

46 hari lalu

Daud Beureueh. Foto : wikipedia
Kisah Daud Beureueh, Jejak Pejuang Kemerdekaan Asal Aceh yang Berontak

Daud Beureueh berontak dengan mendirikan NII akibat pelanggaran perjanjian dengan rakyat Aceh oleh Sukarno dan ketidakpuasannya terhadap Jakarta.


5 Fakta Stasiun Manggarai, Stasiun Termegah Hingga Jadi Bengkel Kereta Api

50 hari lalu

Suasana di Stasiun Manggarai, Jakarta, Jumat, 10 Mei 2024. Pemerintah berencana akan menaikan tarif kereta Commuteline Jabodetabek pada tahun ini. Rencana penyesuaian tarif KRL Commuterline ini sudah dibahas dengan Kementerian Perhubungan, termasuk potensi tarif menjadi naik. Tarif dasar diusulkan naik sebesar Rp2.000, atau jadi Rp5.000 untuk 25 kilometer pertama. Sementara tarif lanjutan 10 kilometer berikutnya tidak naik, atau tetap Rp1.000. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
5 Fakta Stasiun Manggarai, Stasiun Termegah Hingga Jadi Bengkel Kereta Api

Fakta dan sejarah Stasiun Manggarai yang menjadi stasiun tersibuk di Indonesia.


Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Ini Reaksi Para Politikus PDIP

11 Mei 2024

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo Sebut Bung Karno Bukan Milik Satu Partai, Ini Reaksi Para Politikus PDIP

Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan, Bung Karno milik seluruh rakyat Indonesia. Apa kata para politikus PDIP?


Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

10 Mei 2024

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno. Apa kata PDIP dan pengamat?


25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

21 April 2024

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

2 April 2024

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

27 Maret 2024

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.


Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Jenderal Ahmad Yani. Wikipedia
Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.