TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan jaringan teroris di Klaten memiliki semacam pabrik untuk bom rakitan dan senjata api. "Ada home industry mereka," kata Anton saat dihubungi, Kamis, 24 Desember 2015.
Menurut Anton, jaringan teroris Klaten merupakan pusat dari jaringan teroris yang ada di Jawa Timur. Dia mengatakan penangkapan teroris di Mojokerto pada Sabtu pekan lalu terkait dengan jaringan ini.
Tiga terduga teroris yang ditangkap di Kota Mojokerto tersebut menyewa tiga rumah di lokasi berbeda. Mereka adalah Indraji Idham Wijaya yang menyewa rumah di Jalan Empunala 78, Kelurahan Balongsari, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto; dan Choirul Amin alias Bravo alias Karto yang menyewa rumah di Desa/Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Satu lagi yang ditangkap adalah Bambang Sugito alias Teguh alias Basuki yang menyewa rumah di Desa Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Ketiganya ditangkap saat berada di rumah yang disewa Indraji, yang dijadikan tempat terapi pijat.
Saat penangkapan tersangka teroris di Mojokerto, polisi sempat menemukan adanya cairan kimia berwarna ungu di rumah Teguh. Namun, menurut Anton, cairan itu bukanlah bahan merakit bom. "Itu cairan pupuk urea," ujarnya.
Mengenai penemuan senjata api, Anton mengatakan tidak tahu secara jelas mengenai hal tersebut. Dari informasi yang Tempo dapat, Teguh dan Indra ahli dalam merakit senjata api.
Untuk mengelabui petugas, rangkaian maupun material pembuatan senjata api mereka simpan di tempat terpisah. Selain beberapa tempat di atas, kelompok ini juga menjadikan personel kepolisian dan TNI yang menjaga keamanan sebagai sasaran.
DIKO OKTARA