TEMPO.CO, Surabaya - Guru besar Antropologi Hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Sulistyowati Irianto mendapat penghargaan Sutandyo FISIP Unair Award 2015. Sulistyowati mendapat penghargaan untuk kategori tokoh Indonesia yang mempunyai dedikasi terhadap pentingnya pendidikan Hak Asasi Manusia (HAM), advokasi, dan pembelaan terhadap orang kecil dan termarjinalkan.
"Ini sesuai dengan semangat Pak Soetandyo Wignjosoebroto, Guru Besar FISIP Unair," ujar Ketua Panitia Soetandyo Award 2015 Ignatius Basis Susilo kepada Tempo usai acara penganugerahan Soetandyo Award di FISIP Unair, Senin, 21 Desember 2015.
Sulistyowati, kata Basis selalu mengutamakan dan memperjuangkan pendekatan-pendekatan inter dan multi disipilin keilmuwan dalam setiap penelitiannya. Bahkan menurut Sulistyowati karakter studi-studi multidisiplin adalah komprehensif, holistik, sangat terbuka pada perkembangan terakhir dari teori dan metodologi ilmu-ilmu lain.
"Selain di dalam kampus Sulistyowati juga aktif di luar kampus," ujar Basis.
Selain mengajar, Sulistyowati sangat aktif dalam melakukan penelitian di bidang perempuan dan hukum dengan pendekatan-pendekatan antropologi dan sosio-hukum. Bahkan pada antara tahun 2002 hingga 2010 Sulistyowati merupakan Ketua Center for Women and Gender Studies UI.
"Beliau memang pantas mendapatkannya," kata Basis.
Sementara itu, Sulistyowati merasa sangat terharu dan berterima kasih atas Soetandyo award yang dianugerahkan kepadanya. Dia merasa sangat tersanjung saat menerima penghargaan itu.
"Saya juga kagum dengan pernyataan akademis Pak Tandyo," katanya.
Penghargaan itu membuat Sulistyowati merasa dapat 'terkoneksi' dengan Soetandyo secara intelektual dan sosial. Bahkan semangat Soetandyo yang terus menghasilkan penelitian-penelitian yang mementingkan pendidikan HAM, advokasi, dan pembelaan orang-orang masrjinal dapat dirasakannya.
"Penghargaan ini jadi 'bahan bakar' saya untuk terus meneliti," katanya.
Dia berharap dengan adanya penghargaan ini dapat merangsang peneliti-peniliti sosial yang masih muda untuk dapat terus mencintai penelitiannya masing-masing dan terus bekarya dalam penelitian.
Dalam acara Penganugerahan Soetandyo Award 2015 yang dislenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-38 FISIP Unair, salah putri pertama Soetandyo, Sawitri Darmastuti mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada FISIP Unair untuk menggunakan nama ayahnya sebagai nama penghargaan untuk tokoh Indonesia. Ia berharap penghargaan itu dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia akademisi kedepannya.
"Saya justru bangga Pak Soetandyo masih terus diingat meski telah tiada," katanya.
Selain pemberian anugerah Soetandyo Award, dalam acara itu juga diberikan beasiswa kepada 10 orang mahasiswa yang dalam skripsinya atau thesisnya atau proposal skripisnya membahas persoalan HAM, persoalan kaum termarjinalkan, pemberdayaan masyarakat yang rentan, dan menggunakan pendekatan inter dan multi disiplin ilmu.
10 orang mahasiswa tersebut adalah Abdul Bukhori Muslim dari S-1 Sosiologi FISIP Unair, Ade Putranto Prasetyo Wijharto Tunggali dari S-2 Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Ahmad Baleo dari S-2 FH Univesitas Pattimura, Amalia Wardahni dari S-1 Hubungan Internasional FISI Unair, Aminah dari S-2 Politik FISIP Unair, Indah Dorojatun dari S-1 Sosiologi FISIP Unair, Juli Natalia Silalahi dari S-1 Sosiologi FISIP Universitas Palangkaraya, Muhammad Yaasiiin Raya dari S-1 FH Universitas Hasanudin, Pipin Lestari dari S-1 FH Universitas Lampung, Utia Meylina dari S-1 FH Universitas Lampung.
"Saya sangat bangga sekali mendapatkan ini, semoga beasiswanya bermanfaat," kata salah satu penerima beasiswa Soetandyo FISIP Unair Abdul Bukhori Muslim.
EDWIN FAJERIAL