TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menilai keputusan Setya Novanto mengundurkan diri sebagai hal yang baik. Dengan begitu, keadaan di dalam negeri akan menjadi lebih kondusif.
Mengenai langkah apa yang akan selanjutnya ditempuh seusai pengunduran diri ini, Luhut tak mau berkomentar banyak. "Ah, kamu ini, orang lagi sedih juga," ujar Luhut yang ditemui di kediaman Wakil Presiden, Rabu, 16 Desember 2015.
Luhut Pandjaitan terseret dalam kasus pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla lantaran namanya disebut sebanyak 66 kali dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha minyak Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.
Luhut dipanggil Mahkamah Kehormatan Dewan untuk bersaksi tentang kasus dugaan pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan Ketua DPR Setya Novanto tersebut.
Dalam rekaman tersebut, Setya dan Riza menjamin bisa melobi untuk perpanjangan kontrak Freeport ke Presiden Joko Widodo dengan bantuan Luhut. Sebagai imbalan, keduanya meminta saham PT Freeport dan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Urumuka, Papua, dengan mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dalam kesaksiannya, Luhut mengatakan tak pernah berkomunikasi dengan Setya Novanto, saudagar minyak M. Riza Chalid, atau Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin mengenai perpanjangan kontrak Freeport. Menurut dia, komunikasi dengan mereka dilakukan untuk menjaga hubungan politik dengan Koalisi Merah Putih (KMP).
FAIZ NASRILLAH