TEMPO.CO, Bandung - Pengujian panser Badak, produk alutsista terbaru buatan PT Pindad sudah hampir tuntas. “Secara fisik Badak sudah selesai dibuat. Sebelum produksi masal harus dilakukan sertifikasi dengan pengujian-pengujian,” kata Kepala Departemen Komunikasi Korporat PT Pindad Hardantono pada Tempo, Rabu, 16 Desember 2015.
Pekan lalu misalnya, panser Badak sukses menjalani uji tembak menggunakan kanon kaliber 90 milimeter persenjataan yang diusungnya. Uji tembak tersebut merupakan bagain dari proses sertifikasi oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat.
Panser Badak menjalani uji penembakan dengan menggunakan kanon yang dipasang di turetnya. Pengujian menembak dengan amunisi 90 milimeter itu dilakukan dalam sejumlah posisi, seperti menembak dengan moncong kanon mengarah ke berbagai arah yang sudah ditentukan dalam materi.
Misal menembak target dengan posisi kendaraan berbalik 180 derajat dari arah sasaran dengan mengincar target berukuran 4x4 meter dalam jarak 1 kilometer. Pengujian itu diantaranya untuk mengukur akurasi penembangan senjata utama panser Badak, yakni kanon kaliber 90 milimeter.
Selepas uji tembak tersebut, masih ada serangkaian pengujian yang dijalani panser itu. Diantaranya uji lapangan, hingga pengujian daya jelajahnya. Serangkaian pengujian panser Badak itu dijadwalkan tuntas akhir bulan ini. “Kalau melihat jadwal pengujian diperkirakan sampai akhir bulan. Targetnya pada semester pertama tahun depan sudah bisa diproduksi,” kata Herdantono.
Dalam rilis yang diterima Tempo, Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim menyatakan, serangkaian pengujian itu bagian proses sertifikasi yang harus dipenuhi panser agar memenuhi Ketentuan Standarisasi Umum (KSU) TNI Angkatan Darat. “Kami berharap dengan kerjasama baik ini maka Badak dapat segera memperkuat jajaran alutsista TNI AD tahun depan,” kata dia.
PT Pindad sendiri bekerja sama dengan CMI Defence, perusahaan pertahanan Belgia untuk mengembangkan kanon 90 milimeter yang menjadi senjata andalan Panser Badak. Kerjasama itu menjadi bagian Transfer of Technologi (ToT) untuk proses manufaktur turret 90 milimeter yang digunakan Badak.
Perwakilan CMI Defence puas dengan uji tembak panser Badak. “Para staf ahli kami yang ikut hadir dari Belgia bekerjasama dengan Dislitbang TNI AD telah memastikan bahwa selama proses uji tembak kondisi kendaraan atau platform Badak terlihat stabil,” kata Regional Director for Asia and Indonesia CMI Defence, Patrick Ledig dalam rilis tersebut.
Sylmi mengatakan, PT Pindad menargetkan bisa memproduksi antara 25 unit hingga 30 unit panser Badak dalam setahun. “Kapasitas produksi ini bisa kami tambahkan untuk menyesuaikan dengan peningkatan permintaan dari TNI AD atau Kementerian Pertahanan,” kata dia.
PT Pindad memperkenalkan panser Badak pertama kali dalam pameran IndoDefence 2014 di Jakarta. Panser ini merupakan bagian pengembangan varian Panser Anoa. Panser ini dirancangan bisa dikendalikan oleh tiga orang kru. Tubuh panser itu dirancang mampu menahan tembakan amunisi 12,7 milimeter.
Panser Badak menggunakan dengan mesin diesel 6 silinder berkekuatan 340 tenaga kuda, dilengkapi teknologi “double wishbone independent suspension” untuk menjaga kestabilan panser saat menembak.
AHMAD FIKRI