TEMPO.CO, Jakarta - Pelawak asal Indonesia, Lies Hartono atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Lontong, menghibur para peserta acara Hari Antikorupsi Sedunia 2015 di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Desember 2015.
Cak Lontong yang menyajikan humor monolog di penutup acara, membawakan tema tentang korupsi. Lantas, pria bertubuh besar ini pun berperan sebagai koruptor. “Saya koruptor karena saya di sini ingin berbagi info. Saya tahu persis cara korupsi. Saya kebetulan adalah pelakunya,” katanya.
Tak sendirian, Cak Lontong ditemani rekannya yang berpura-pura sebagai wartawan. “Saya bawa seorang wartawan untuk klarifikasi biar direkam.”
Antusiasme pegawai KKP yang menyaksikan monolog tersebut, terlihat dari senyum dan tawa yang tergambar di wajah mereka. Apalagi ketika Cak Lontong mengucapkan salam.
“Assalamualaikum, Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Sang wartawan langsung menyela, “Loh Pak, kok ngucap salam sama dijawab juga?”
Cak Lontong dengan wajahnya yang datar menjawab. “Saya koruptor, mengucap salam dapat pahala, menjawab salam dapat pahala. Pahala saya korupsi semua.”
Masuk ke bagian intinya, pria berusia 45 tahun ini mengatakan bahwa miskin adalah awal dari kaya. “Kenapa orang kaya terjebak jadi koruptor? Karena enggak pengen miskin. Apapun kesempatan dilakukan untuk jadi kaya,” katanya.
Cak Lontong berkoar lagi, menjadi koruptor tidak perlu pintar, tapi harus miskin.
“Kenapa jadi miskin Pak?” tanya wartawan harian itu.
“Harus miskin. Miskin iman dan miskin hati mendorong untuk korupsi. Saya tahu persis karena saya alami,” jawab Cak Lontong sambil diiringi tepuk tangan dari penonton.
Cak Lontong tak lupa memberikan tips agar jumlah koruptor tidak bertambah di Indonesia.
“Pertama, hukum mati koruptor, pasti jumlahnya berkurang. Kedua, jangan ditangkap supaya koruptor ga nambah, hanya uang negara yang berkurang,” ungkapnya.
Cak Lontong menambahkan. “Kalau saya ada dua pilihan, pertama koruptor jangan dicekal ke luar negeri tapi dicekik. Kedua, harusnya jangan dicekal tapi biarkan ke luar negeri. Dicekal untuk balik ke Indonesia, biar korupsi di luar negeri.”
FRISKI RIANA