TEMPO.CO, Jakarta - Dalam setiap pidato pembukaan di sebuah acara resmi, Presiden Joko Widodo kerap melontarkan sebuah guyonan. Candaan dan ujarannya kerap mengocok perut hadirin.
Canda Jokowi kali ini terlontar dalam pembukaan Kongres Persatuan Insinyur Indonesia, yang diselenggarakan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat. Presiden memberi pengantar serupa dengan stand-up comedy di hadapan ratusan insinyur yang hadir.
Misalnya, Jokowi membuka dengan sebuah lelucon istrinya, Iriana Widodo, yang sempat berbisik kepadanya sebelum menghadiri acara kongres insinyur itu. "Tadi, sewaktu saya mau masuk ke hotel, istri saya berbisik dan bertanya, 'Saya bukan insinyur, boleh masuk enggak ya?'," katanya, menirukan ucapan Iriana, Sabtu, 12 Desember 2015.
Dengan bercanda, Jokowi meyakinkan istrinya bahwa izin masuk ke kongres harus berdasakan persetujuan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia Bobby Gafur Umar. "Saya bilang, 'Boleh, nanti saya izin ke Pak Bobby. Kalau tidak boleh, ya, nanti tunggu di mobil'," tuturnya. Sontak, seluruh peserta yang hadir dalam acara itu tertawa terbahak-bahak.
Dalam pidatonya itu, Jokowi memberikan semangat optimisme kepada para insinyur untuk bersaing di era keterbukaan seperti saat ini. "Tapi memang itu tak bisa kita tolak lagi keterbukaan. Sudah tak bisa ditolak lagi arus barang," ucapnya.
Kepada para insinyur itu, Jokowi juga bercerita saat pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama beberapa waktu lalu. Jokowi mengungkapkan bahwa Indonesia berniat masuk Trans Pacific Partnership (TPP).
Namun, kata Jokowi, belum juga dokumen perjanjian kerja sama TPP dibuat, banyak kritik dari berbagai kalangan di dalam negeri. "Di Tanah Air banyak teriak, kita rugi, kita enggak untung. Wong saya kan ngomong baru akan. Dokumennya saja belum masuk parlemen kok," ucapnya.
Jokowi mengatakan, pada era keterbukaan seperti saat ini, memang tidak tertutup kemungkinan Indonesia harus bergabung dalam suatu kerja sama perdagangan internasional. Tujuannya adalah mengurangi bea masuk produk perdagangan. Namun, dia berharap, sebelum itu direalisasi, Indonesia harus kuat dalam sektor perdagangan.
"Kalau kita tak bergabung dengan TPP, ke Amerika dan temen-temannya barang kita dikenai 20 persen," katanya. "Sebenarnya yang harus dipikirkan bukanlah masuk TPP atau tidak, ada yang lebih penting dari hal itu, yakni kita harus bersiap diri memasuki era persaingan. Ini adalah kalkulasi hitung-menghitung. Semoga hitungan kita benar."
REZA ADITYA