TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa dari tiga kampus berbeda menjadi juara kompetisi membuat infografis data layanan publik bertajuk Bandung Visualthon 2015. Sebagai tuan rumah yang juga mendominasi jumlah peserta, tim mahasiswa ITB hanya masuk sebagai finalis tanpa gelar juara. Lomba itu menantang peserta membuat infografis dalam waktu 10 jam.
Juara pertama diraih Muhammad Mughni dan Theo Gennardy dari tim mahasiswa Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Berjudul Merakit Calon Penerus Kota Bandung, poster infografis itu menyajikan data seputar pelajar bergambar sebuah komplek gedung sekolah. Panitia memberikan hadiah berupa uang sebesar Rp 7 juta.
Juara kedua Oky Harmoko dan Desy Rismayanti, tim utusan tunggal dari Institut Kesenian Jakarta. Berjudul Keluhan Kesehatan Warga Bandung, poster infografis mereka bergambar wajah seorang lelaki yang sakit dengan ikat kepala khas Sunda. Di bawahnya terpapar rasio penduduk kota yang sakit dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada. Pemenang kedua berhak mendapat hadiah uang Rp 5 juta.
Tim mahasiswa Telkom University, Shani Nur Muhammad dan Ryan Winaryo, meraih juara ketiga. Judul poster infografis mereka yakni Top Tourism Destination in Bandung, West Java, Indonesia. Gambarnya berupa jalan raya dengan lokasi-lokasi wisata, lengkap dengan data-data seperti tempat yang paling banyak dikunjungi, jumlah wisatawan per tahun, dan keterangan singkat lokasi-lokasi wisata favorit. Juara ketiga mendapat hadiah uang Rp 3 juta.
Lomba yang diikuti 150 orang peserta dalam 75 tim tersebut berlangsung di Aula Timur Institut Teknologi Bandung, Kamis, 26 November. Pengumuman pemenangnya Sabtu, 5 Desember 2015. Tujuan lomba yakni menampilkan informasi data ke publik dengan tampilan yang memikat sekaligus mudah dimengerti pembaca.
Ketua panitia lomba, Intan R. Mutiaz, mengatakan mayoritas peserta dari kalangan mahasiswa jurusan desain komunikasi visual di Bandung. Sedangkan sisanya dari Jakarta dan Solo. Tema data yang diolah dari Dinas Informasi dan Komunikasi adalah tentang pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan transportasi.
Hasil lomba itu membuat anggota panitia yang juga pengajar program studi Desain Komunikasi Visual ITB, Ifa Safira Sagir, agak kecewa dengan mahasiswanya. “Penyajian datanya kurang komunikatif, informasi datanya flat (datar) saja,” kata dia kepada Tempo, Ahad, 6 Desember 2015. Adapula mahasiswanya yang dikritik karena menampilkan data dari arah kanan ke kiri seperti tulisan Arab.
Menurut Ifa, hasil lomba itu belum bisa dipakai langsung oleh pemerintah Kota Bandung karena data-data yang diberikan dari Dinas Informasi dan Komunikasi untuk kepentingan lomba harus diperiksa kembali.
ANWAR SISWADI