Setelah itu, Presiden Hollande naik panggung, menyalami Obama dan mohon izin meninggalkan tempat lebih dulu karena ada agenda lain. Hollande juga mempersilakan acara dilanjutkan. Pembawa acara kemudian mempersilakan Presiden Jokowi naik ke podium untuk menyampaikan pidatonya.
Tiba-tiba, Presiden Obama berdiri dan pamit meninggalkan ruangan mengikuti Hollande. Lalu serentak seluruh pemimpin negara lain juga ikut berdiri, meninggalkan acara dan keluar ruangan. Padahal ada belasan Kepala Negara/Kepala Pemerintahan dari 40 negara belum mendapat giliran berbicara termasuk Presiden Jokowi.
Repotnya lagi, panitia tidak menjelaskan bagaimana nasib acara itu seusai Hollande dan Obama, dan banyak kepala negara hengkang dari pertemuan. Kepergian Obama dan Hollande dari acara, membuat banyak pimpinan negara seperti Presiden Jokowi, PM Inggris David Cameron, dan PM Kanada Justin Trudeau, bingung.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang saat itu berada di ruangan, bercerita pada Tempo, bahwa Presiden Jokowi langsung memutuskan meninggalkan tempat acara pasca insiden itu.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki yang juga menemani Presiden Jokowi saat itu punya cerita lain soal insiden ini. Dia menuturkan, Presiden Jokowi sengaja datang ke Forum Mission Inovation setelah berpidato di gedung utama. Selain di Plenary Hall (Gedung Utama), perhelatan COP21 memang diadakan di beberapa forum terpisah. Sebagian digelar secara paralel.
Setelah mendapat giliran pidato, para kepala negara biasanya meninggalkan ruangan dan mengikuti forum lain. "Presiden Jokowi juga mengelar pertemuan bilateral dengan 13 kepala negara secara paralel di sela acara COP itu," kata Teten Masduki. Karena padatnya acara, usai berpidato di Gedung Utama, Presiden Jokowi langsung menuju ke forum Mission Innovation dengan menumpang bus khusus yg disediakan panitia.
Akibat insiden ini, tak hanya Jokowi, lebih dari 10 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan batal berpidato. Selain Presiden Jokowi, yang juga batal bicara adalah PM Jepang, Presiden Mexico, Presiden Brasil, Presiden Chile dan sejumlah kepala negara lain.
Menurut Teten, dalam pidato yang sudah disiapkan, Presiden Jokowi seharusnya menegaskan komitmen Indonesia untuk akselerasi penggunaan energi terbarukan. Untuk itu, Indonesia ingin bauran sumber energi terbarukan mencapai 23 persen dari total bauran energi yang ada pada 2025. Angka itu naik tiga kali lipat dari proporsi energi terbarukan yang saat ini dimiliki Indonesia.
Jokosi juga seharusnya berpidato, menjelaskan bahwa dalam empat tahun ke depan, Indonesia berencana mengembangkan 35 ribu megawatt tenaga listrik tambahan. Dari jumlah yang direncanakan tersebut, 25 persen adalah dari energi terbarukan dan 25 persen lainnya dari gas.
Kehadiran Presiden Jokowi dalam forum itu, sebenarnya diniatkan untuk menegaskan bahwa Indonesia menjadi bagian dari program mempercepat inovasi energi bersih terbarukan secara global. Acara Mission Innovation itu sendiri memang didesain sebagai bagian dari upaya untuk mendorong publik dan swasta melakukan inovasi energi terbarukan.
AGUSTINA WIDIARSI (PARIS)
Catatan Redaksi:
Naskah berita ini diubah pada Jumat, 4 Desember 2015, untuk menambahkan informasi dari Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki, soal konteks insiden ini dan isi pidato Presiden Jokowi.
Baca juga:
Rekaman Setya: Percakapan Inikah Disebut Permufakatan Jahat?
Rekaman Dibuka: Setya Novanto Minta Istana Dibangun di Papua