TEMPO.CO, Soppeng - Krisis air bersih akibat kemarau penjang masih melanda dua kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni Soppeng dan Bone. Warga Soppeng terpaksa mengantre air di sejumlah tempat, seperti masjid dan perkantoran. “Kami tidak sanggup kalau harus membeli,” kata Usman, warga yang bermukim di Jalan Samudera, Kabupaten Soppeng, Rabu, 2 Desember 2015.
Menurut Usman, kesulitan mendapatkan air bersih sudah terjadi sejak musim kemarau beberapa bulan lalu. Setiap pagi, dia dan warga lainnya mengantri untuk mendapatkan air di salah satu masjid terbesar di Soppeng.
Ada pula warga yang mendatangi sejumlah kantor pemerintah. Mereka menggunakan ember dan jerigen guna mengangkut air untuk keperluan memasak, mandi serta kakus.
Pemilik rumah kost, Ramli, mengatakan untuk membeli air bersih 1.000 liter dia harus membayar Rp 65 ribu. Itupun hanya cukup untuk kebutuhan dua hari. Kualitas air juga buruk. Selain bercampur tanah, juga berbau lumpur. “Sebelum digunakan harus disaring terlebih dulu,” ujarnya, sembari menjelaskan agar mengurangi biaya yang harus dikeluarkan, dia ikut mengantri di sejumlah tempat pengambilan air.
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Bencana Kabupaten Soppeng Zainuddin menjelaskan krisis air bersih terjadi di hampir delapan kecamatan. Kondisi terparah dialami warga di kawasan perkotaan. “Secara geografis, letak kawasan perkotaan di perbukitan,” ucapnya.
Zainuddin mengatakan, posko siaga bencana bekerjasama dengan PDAM Soppeng mensuplai air bersih kepada warga menggunakan mobil tangki. “Kami siap melayani pengiriman air bersih selama 24 jam,” tuturnya.
Di Kabupaten Bone, 11 ribu pelanggan PDAM harus mendapatkan aliran air secara bergilir, karena dua hari dalam seminggu air tidak mengucur. "Debit air kami berkurang karena minimnya sumber air baku dari sejumlah mata air,” kata Kepala Bagian Teknik PDAM Bone Hasbullah.
Hasbullah menjelaskan, selain melayani pelanggan, air PDAM juga harus didistribusikan kepada warga yang bukan pelanggan. Pendistribusian air menggunakan mobil tangki berdasarkan permintaan.
Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi menguraikan upaya Pemerintah Kabupaten Bone mengatasi krisis air bersih bagi warganya. Untuk jangka pendek mengalirkan langsung air dari sumber mata air ke rumah warga menggunakan pipa. Sedangkan jangka panjang akan menggali 3000 sumur di sejumlah kecamatan. Sumber dananya patungan dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Fahsar menyebut krisis air bersih merupakan musibah bersama, meskipun tidak terlalu meresahkan warga. Namun, Pemerintah Kabupaten Bone sudah dan akan terus mengatasinya.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar warga. “Setiap ada laporan dari wilayah yang membutuhkan air bersih, langsung kami kirimkan dengan mobil tangki,” katanya saat memimpin pembagian air bersih di kawasan perumahan BTN Alda di Kelurahan Masumpu, Kecamatan Tanete Riattang.
ANDI ILHAM