TEMPO.CO, Lumajang - Sebuah penelitian menyebutkan potensi bahan galian C atau pasir bangunan di Lumajang mencapai 75 juta meter kubik. Penelitian yang dilakukan sekitar 2010 oleh peneliti Surabaya merupakan potensi pasir di sungai aliran lahar Gunung Semeru.
Dokumen penelitian itu berjudul “Menggali Potensi Material Akibat Lahar Gunung Semeru”. Berdasarkan informasi dari dokumen penelitian yang diperoleh Tempo, Jumat, 27 November 2015, disebutkan sungai yang bersumber dari Gunung Semeru mengalir ke arah Selatan, Timur, dan Tenggara melintasi Kabupaten Malang dan Lumajang dan bermuara di Samudra Indonesia.
Sungai-sungai yang rawan terhadap bencana banjir lahar Gunung Semeru dibagi menjadi tiga, yakni DAS Glidik, DAS Rejali, dan DAS Mujur. DAS Glidik terdiri atas sungai utama, yakni Kali Sumbermanjing, Kali Lengkong, Kali Besuk Cukit, Kali Besuk Sarat, Kali Besuk Bang, Kali Besuk Kembar, dan Kali Glidik dengan potensi material 45 juta meter kubik.
DAS Rejali terdiri atas sungai utama Kali Regoyo, Kali Leprak, Kali Besuk Kobokan, Kali Sumbersari, Kali Besuk Tretes, Kali Curah Lengkong, Kali Besuk Semut Hulu, dan Kali Rejali dengan potensi material 23 juta meter kubik. Sedangkan DAS Mujur yang terdiri atas sungai utama Kali Pancing, Kali Besuk Tunggeng, Kali Besuk Sat, Kali Besuk Tengah, Kali Besok Tompe, dan Kali Mujur memiliki potensi material 6 juta meter kubik.
Sungai yang tidak bersumber dari Gunung Semeru, tapi dapat menerima loncatan material banjir lahar adalah DAS Bondoyudo dengan anak sungai Kali Winong, Kali Curah Menjangan, Kali Asem, Kali Ireng-ireng, dan Kali Lateng. Tidak disebutkan potensi pasir di DAS Bondoyudo ini. Dalam dokumen juga disebutkan loncatan banjir lahar pernah terjadi pada 1909, yang menyebabkan 208 orang tewas, 1.454 rumah rusak, dan 9.372 hektare sawah tertimbun lahar.
Sedangkan berdasarkan data Bagian Perekonomian Kabupaten Lumajang, disebutkan bahwa jumlah potensi bahan galian C dari Gunung Semeru sangat besar dan akan bertambah terus sesuai dengan aktivitas gunung api yang mengeluarkan material kurang lebih satu juta meter kubik per tahun. Bukan saja kuantitasnya yang sangat besar, tapi kualitasnya juga sangat baik, bahkan terbaik se-Jawa Timur. Berbagai penelitian menyimpulkan kualitas pasir Gunung Semeru unggul karena kandungan tanah (lumpur) sedikit, butiran pasirnya standar, serta warna dan daya rekatnya baik.
Ketua Asosiasi Penambang Pasir Lumajang Jamal Abdullah Al Katiri ketika dihubungi Tempo pada Jumat siang, 27 November 2015, mengatakan hasil penelitian tersebut cukup masuk akal mengingat Gunung Semeru aktif dan terus mengeluarkan material vulkanik. "Jika dikelola baik, akan banyak memberikan manfaat kepada masyarakat Lumajang," ujar Jamal. Dia mengatakan pemerintah harus mengawasi dengan ketat truk-truk yang keluar dari wilayah penambangan, mengingat 15 izin penambangan sudah dikeluarkan.
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Lumajang, kata Jamal, perlu membuat pos di dekat lokasi keluar penambangan untuk menarik pajaknya. "Kalau dilakukan secara maksimal, akan meningkatkan PAD Lumajang," ujar Jamal.
Hingga saat ini, sejumlah lokasi penambangan pasir menjadi rebutan antara sejumlah perusahaan dan warga lokal.
DAVID PRIYASIDHARTA