"Saya termangu di sana, ternyata tidak ada transportasi ke Dobo," tuturnya mengingat saat-saat dramatis itu. Melalui ponsel, ia tetap memantau kondisi anaknya dari Tual. Hingga pada akhirnya sejumlah dokter dari Ikatan Dokter Indonesia Tual, direktur rumah sakit setempat, dan Rumah Sakit Hati Bunda datang membantu Agustinus untuk mengevakuasi anaknya.
Pada Rabu pagi, 11 November, Agustinus dibantu Pemerintah Kabupaten Tual berangkat menuju Dobo menggunakan kapal feri. Di atas kapal, dia mengaku pikirannya kalut, waswas, dan campur aduk memikirkan anaknya. Dari kabar yang ia terima melalui rekannya, kondisi Andra sudah kian memburuk.
"Saat perjalanan menuju Dobo, di atas kapal itulah saya mendapat kabar anak saya sudah meninggal pada Rabu sore," kata Agustinus berkaca-kaca. Agustinus tidak dapat menahan emosinya. Saat itu dia merasa sangat emosi, kenapa begitu sulit mengevakuasi anaknya?
Agustinus sendiri baru tiba di RSUD Cendrawasih pada Kamis, 12 November, atau sehari setelah kepergian anaknya. Pria berbadan tegap itu melihat kondisi jenazah anaknya sudah dalam keadaan rapi, dengan setelan jas kematian di dalam sebuah peti. Jenazah Andra kemudian dievakuasi menuju Tual menggunakan speedboat milik pemerintah daerah.
Perjalanan menuju Tual lebih cepat karena menggunakan perahu cepat. Namun sempat menghadapi tantangan berupa gelombang tinggi dan cuaca buruk. Sesampainya di Pelabuhan Tual, jenazah Andra disambut perwakilan Kementerian Kesehatan. Di sana, upacara serah-terima pun dihelat dengan dihadiri sejumlah pejabat daerah.
Pria 24 tahun itu dikabarkan meninggal pada Rabu, 11 November, pukul 17.59 Wita. Dia didiagnosis terserang encephalitis atau virus campak yang mengakibatkan otaknya mengalami infeksi.
AVIT HIDAYAT
Baca juga:
TEROR PARIS: 5 Fakta Penting yang Perlu Anda Tahu
Teror Paris, Hampir 130 Tewas: Orang Dalam Prancis Terlibat!