TEMPO.CO, Mataram - Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Rinjani Mutaharlin mengatakan Gunung Baru Jari terus bergemuruh sepanjang waktu.
"Tanpa jeda. Tinggi asapnya terlihat hingga 1.200 meter. Arah angin utara selatan," kata Mutaharlin sewaktu berada di jalur pendakian, dua jam dari Pelawangan Sembalun. Ia bersama seorang rekannya sedang mendatangi Gunung Baru Jari untuk mengambil sampel debu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat Azhar mengatakan sebenarnya intensitas letusan Baru Jari sudah menurun. Hanya arah angin ke selatan, sehingga Bandara Internasional Lombok belum dibuka. Namun yang perlu diwaspadai adalah 10 kilometer di sekitar kawasan puncak Rinjani tersebut.
"Kami khawatir kalau lava ke Danau Segara Anak menimbulkan air yang panas. Jika meluber, kan, berbahaya," ujar Azhar.
Azhar menyebutkan ada sebelas desa di sekitar kaki Rinjani yang diwaspadai kemungkinan terkena aliran lahar, yang temperaturnya bisa mencapai 500 derajat. Karena itu, BPBD NTB sudah menyiapkan sebelas posko yang, di antaranya, tersebar di Lombok Timur (empat posko), Lombok Utara (empat posko), dan Lombok Tengah (dua posko).
Perekayasa Utama Museum Geologi, Heryadi Rachmat, yang sedang meneliti letusan Rinjani-Samalas tahun 1257 untuk keperluan disertasi, menjelaskan bahwa Samalas sudah meletus sangat besar sehingga terbentuk kaldera. “Untuk meletus lebih besar lagi, perlu energi dalam waktu yang lama,” tuturnya.
Menurut Heryadi, kali ini lava erupsi Baru Jari memang sudah turun ke Danau Segara Anak. Yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan banjir akibat hujan yang dapat membobol tumpukan abu melalui aliran air ke Kokok Putih di utara Rinjani. "Yang perlu diwaspadai adalah aliran ke arah barat dari hulunya di Rinjani," ucap Heryadi.
SUPRIYANTHO KHAFID