TEMPO.CO, Lumajang - Setelah kejadian pelemparan batu dan ancaman pembunuhan terhadap Abdul Hamid, rekan mendiang Salim Kancil, suasana Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang dinyatakan kondisif.
Kepala Kepolisian Sektor Pasirian Ajun Komisaris Eko Hari Suprapto mengatakan situasi desa aman-aman saja. "Aman terkendali," kata Eko, Selasa sore, 3 November 2015.
Menurut Eko, sejak rumah Hamid dilempar batu disertai ancaman pembunuhan oleh warga setempat bernama Iwan, polisi langsung sigap melakukan pengamanan. Hingga pekan ini, kata Eko, pengamanan di Selok Awar-awar belum dikendurkan. "Jumlah polisi yang kami turunkan 40 personil ditambah polisi pamong praja 10 personil serta seorang bintara pembina desa," kata Eko.
Aparat keamanan disebar di lima titik, yakni di rumah almarhum Salim Kancil, rumah bekas Kepala Desa Hariyono, Kantor Kepala Desa, rumah Tosan (rekan Salim Kancil) dan juga rumah Abdul Hamid. "Belum ada tambahan pengamanan karena situasinya terkendali," ucap Eko.
Eko menambahkan situasi Selok Awar-awar sebenarnya sudah kondusif setelah tragedi pembunuhan Salim Kancil akhir September lalu. Namun ulah Iwan membuat polisi bersiaga kembali untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sabtu pekan lalu sekitar pukul 09.50 WIB, kaca jendela rumah Hamid dilempar batu oleh Iwan hingga pecah berantakan. Pelaku pelemparan telah ditahan di Polres Lumajang. Menurut Eko motif pelemparan pelaku ingin melampiaskan kemarahan karena Hamid termasuk warga penentang tambang pasir di Pantai Watu Pecak. Setelah penambangan disetop akibat kematian Salim Kancil, sebagian warga kehilangan pekerjaan.
DAVID PRIYASIDHARTA