TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengingatkan, potensi abu letusan Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, berpotensi menggangu penerbangan. “Letusannya kecil, tapi kalau abunya menerus bisa bebahaya bagi penerbangan karena menyebar,” kata dia saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 November 2015.
Dua penerbangan Australia yaitu Virgin Air dan Jetstar membatalkan penerbangannya. "Dua maskapai yang membatalkan atau menunda penerbangan Virgin Air dan Jetstar," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Trikora Harjo saat dihubungi lewat sambungan telpon selulernya, Selasa, 3 November 2015.
Trikora menjelaskan ada sembilan penerbangan yang dibatalkan oleh dua maskapai tersebut. "Virgin Air lima penerbangan dan Jetstar empat penerbangan," ujarnya.
Ia menuturkan pembatalan penerbangan dua maskapai rute Bali -Australia tersebut di waktu yang berbeda. "Informasi pembatalan Virgin Air, pukul 07.00 Wita. Kalau Jetstar pukul 09.00 Wita," tuturnya.
Sementara penerbangan lainnya, kata dia, tetap melakukan penerbangan seperti biasa. "Yang lain tetap normal, hanya dua maskapai itu saja," ucapnya.
Pusat erupsi Gunung Rinjani berada di Gunung Barujari. Menurut Gede, Gunung Barujari merupakan anak Gunung Rinjani yang tumbuh dalam kalderanya, atau kawah gunungnya. “Di dalam kaldera Gunung Rinjani ada Danau Segara Anak dan disampingnya ada anak Gunung Rinjani, namanya Barujari. Pusat erupsinya di situ sekarang,” kata dia.
Status Gunung Rinjani saat ini dipatok Waspada atau Level II sejak 25 Oktober 2015 pukul 13.00 WITA akibat letusan di Barujari. Gunung Barujari dilaporkan pada 25 Oktober 2015 pukul 10.04 WITA dengan teramatinya kepulan asap tebal. “Sempat disaksikan wisatawan ada kepulan asap putih agak ke abuan di Barujari,” kata Gede.
Gede mengatakan, letusan perdana Barujari tidak disertai tanda-tanda awal terjadinya letusan. “Tanda-tanda yang mendahului itu tidak ada. Jauh sebelumnya ada gempa tektonik lokal, yang kita perkirakan tidak persis di bawah puncak Rinjani, tapi disampingnya. Itu saja tandanya. Kemudian didahului muncul asap,” kata dia.
Simak: Gunung Rinjani Meletus
PVMBG kemudian menaikkan status aktivitas Gunung Rinjani setelah kemunculan asap putih tersebut disusul terjadinya erupsi Gunung Barujari. Erupsi Gunung Barujari saat itu teramati dengan munculnya kolom abu setinggi 200 meter. Tinggi puncak Gunung Barujari sendiri 2.300 meter dari permukaan laut.
Selanjutnya, PVMBG mengirimkan rekomendasi pada pemerintah daerah setempat agar melarang aktivitas masyarakat di kaldera Gunung Rinjani, dalam radius 3 kilometer dari kawah Gunung Barujari. “Sejak 25 Oktober 2015 itu mulai Waspada, dengan rekomendasi pengunjungt tidak boleh turun ke danau dan mendaki puncak Barujari,” kata Gede.
Gede mengatakan, letusan Gunung Barujari masih relatif kecil. Daerah berbahaya akibat dampak langsung letusan diperkirakan hanya menjangkau seputaran kawah Gunung Barujari berupa material pasir dan batu. “Impact langsung letusan di luar 3 kilometer, masih aman. Hanya abunya yang berpotensi berdampak untuk penerbangan,”kata dia.
Menurut Gede, sejak dua hari terakhir peralatan pemantau aktivitas kegempaan gunung api di Pos Pemantau Gunung Rinjani merekam aktivitas tremor menerus di ikuti suara gemuruh yang terkadang terdengar hingga Pos Pemantau Gunung Rinjani yang berjarak 15 kilometer. “Kepulan abu ini yang terekam sebagai tremor menerus. Dominan amplitudo getaran tremornya 10 milimeter,” kata dia.
Gede mengatakan, aktivitas letusan Gunung Barujari makin membesar, dengan memunculkan asap kolom abu letusan yang makin tebal dan tinggi. “Terakhir kami mengamati hari ini dari jam 06.00 WITA sampai jam 12.00 WITA, kepulan abu yang dilihat dari Pos Pemantau berwarna putih kecoklatan, tekanannya sedang, sampai ketinggian seribu meter,” kata dia.
Menurut Gede, abu letusan Gunung Barujari itu berpotensi mengganggu penerbangan karena arah angin yang berhembus dominan ke arah barat dan barat laut, mendekati Pulau Bali. “Tinggi Barujari itu 2.300 meter, ditambah seribu meter kolom letusan jadi lebih dari 3 kilometeran. Abunya menyebar ke arah barat dan barat daya ke arah Pulau Bali,” kata dia. Hingga saat ini asap letusan Gunung Barujari masih mengepul.
Sebelumnya, sebanyak tujuh desa di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, terkena hujan abu vulkanik letusan Gunung Barujari. "Ini informasi yang kami terima dari BPBD Kabupaten Lombok Utara," kata Kepala BPBD NTB, H. Azhar di Mataram, Selasa, 3 November 2015.
AHMAD FIKRI | BRAM SETIAWAN