TEMPO.CO, Jakarta -PEKAN ini menjadi hari berat bagi Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara Non Aktif tak hanya menjadi pesakitan Komisi Pemberantasan Korupsi, tapi juga menyandang status baru, tersangka Kejaksaan Agung dalam kasus korupsi dana bantuan sosial.(baca:Gatot Pujo Nugroho Resmi Jadi Tersangka Kasus Bansos Sumut)
Sebagai pesakitan kasus sogok hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Gatot ditahan bersama istrinya Evy, pada 3 Agustus lalu. Status diberikan setelah penyidik menangkap tangan hakim PTUN dan M. Yagari Bhastara, pengacara dari kantor O.C. Kaligis.
Sengkarut kasus yang dialami Gatot, ternyata menyeret sejumlah petinggi dari Partai Nasdem. Diantaranya Patrice Rio Capella, mantan Sekjen Partai Nasdem. Belakangan juga menyentuh nama Surya Palohgah, Ketua Umum Partai dan juga Jaksa Agung Prasetyo. Gatot mengaku akan membuka semua tabir dalam kasusnya yang disebutnya bagian dari skenario politik.Kepada Tempo yang mewawancarainya dua kali, sepanjang Oktober lalu, Gatot menuturkan. “Saya hanya berusaha mengamankan jabatan,” katanya kepada Majalah TEMPO. Berikut petikannya..
Bagaimana mulanya Anda terlilit kasus ini?Saya sebenarnya sudah capek, dimintai uang oleh ini dan itu, hanya untuk mengamankan posisi saya sebagai gubernur. Banyak rangkaian peristiwa yang ketika disatukan itu bisa menunjukkan saya korban politik. Bahkan saya tahu, kondisinya sudah terasa tiga bulan sejak dilantik.
Siapa yang mengincar posisi Anda?Saya tahu karena mendapat informasi dari bawahan dan juga sejumlah anggota DPRD. Mereka menyebut orang-orang nomor 2 (Wakil Gubernur Tengku Erry Nuradi) berencana menangkap saya lewat kejaksaan tinggi dan menjebloskan saya ke rumah tahanan. Jadi Erry yang membiayai demonstrasi, melaporkan saya ke polisi dan kejaksaan, serta melakukan banyak hal lain. Saya sulit menjalankan pemerintahan dalam kondisi seperti itu.(Kepada Tempo, Tengku Erry menyangkal tudingan ingin menggulingkan Gatot.)
SIMAK:
Kasus Bansos, Gubernur Gatot Buka-bukaan Soal Rio dan Jaksa Agung