TEMPO.CO, Malili - Aparat Kepolisian Resor Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menangkap delapan orang yang diduga penganut ajaran radikal di Wisma Sumber Urip, yang terletak di Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur. Mereka mengaku berasal dari Jawa.
Delapan orang itu adalah Arif Mujianto, Triono, Muhammad Mutohar, Muhlis, Sultan Agung, Heri, Muhammad Toha, dan Heri Suprianto. Polisi juga memeriksa barang bawaan mereka. Di antaranya telepon seluler, yang di dalamnya terdapat pesan singkat berupa ajakan mengikuti salah satu ajaran radikal. Ada pula tiga flashdisc yang berisi file ajaran radikal.
“Pemeriksaan terhadap mereka masih terus kami kembangkan untuk mengetahui hubungannya dengan jaringan terorisme,” kata Kepala Polres Luwu Timur Ajun Komisaris Besar Muhammad Alfian Hidayat, Senin, 26 Oktober 2015.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Luwu Timur Ajun Komisaris Nur Adnan Saleh menjelaskan penangkapan terhadap delapan orang, yang dilakukan Minggu, 25 Oktober 2015, itu saat dilakukan pengintaian di Wisma Sumber Urip. Di tempat itu diduga sedang berlangsung pesta sabu-sabu. Namun, yang ditemukan sekelompok orang yang dicurigai sebagai penganut ajaran radikal.
Menurut Nur, dalam pemeriksaan mereka mengatakan datang ke Sulawesi Selatan guna merekrut orang-orang yang bersedia menjadi anggota koperasi syariah yang mereka dirikan. Namun, pengakuan seperti itu belum bisa dipercaya sepenuhnya.
Nur menjelaskan, Luwu Timur merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang rawan disusupi gerakkan terorisme, yang berasal dari Poso, Sulawesi Tengah. Letak Luwu Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Morowali dan Kabupaten Poso, Sulawesi tengah.
Polres Luwu Timur memasang portal dan mendirikan pos pengamanan di perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Tujuannya untuk mempersempit gerakan pelaku terorisme yang ingin masuk ke Sulawesi Selatan melalui Luwu Timur. Setiap orang yang melintas wajib diperiksa.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, sejumlah kasus yang berkaitan dengan gerakkan radikal diungkap di kawasan Luwu Raya. Salah seorang anak buah Santoso, tokoh terorisme Poso, pernah ditembak mati oleh aparat Detasemen Khusus 88 di Luwu Timur.
Selain itu, pada petengahan September lalu, anggota Koramil Masamba, Luwu Utara, Sersan Kepala Muhammad Abdi, menangkap Rizal Yusab, 37 tahun, yang diduga menjadi pengikut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Di rumah Rizal di Dusun Pasar Selatan, Kelurahan Bone-Bone, Kecamatan Masamba, ditemukan sejumlah barang yang berkaitan dengan ISIS. Di antaranya tirai bambu yang dihiasi lambang ISIS dipasang di teras rumah Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Luwu Utara itu.
Ditemukan pula keping VCD di handycamnya, 7 dokumen gerakkan Mujahidin Khilafah Al Baghdadi, 1 buku catatan pribadi terkait ISIS, baju dan celana loreng.
Rizal kemudian diserahkan ke Polres Luwu Utara. Namun, setelah menjalani pemeriksaan selama tiga hari, Rizal dilepas. “Belum ditemukan indikasi yang kuat keterkaitannya dengan ISIS,” ujar Kepala Polres Luwu Utara, Ajun Komisaris Besar Muhammad Endro. Namun, aktivitas Rizal tetap dalam pengawasan.
Pada Mei lalu, lima orang yang berasal dari Kabupaten Luwu ditangkap di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, saat akan terbang menuju Malaysia. Mereka adalah Harianto Sultan Lamadu, Siti Hajar Mustafa, Zaid Toha Fauzan, Murniati Mappa Lebu, dan Andi Muadz Mustafa.
Mereka tercatat sebagai warga Desa Kariako, Kecamatan Ponrang Selatan. Namun sejak 2013 bermukim di Kalimantan Utara. Lima orang itu bergabung dengan ISIS atas ajakan kerabatnya, Rudiansyah, 31 tahun, yang merupakan buronan Interpol dalam kasus terorisme. Rudiansyah juga pernah bermukim di Kalimantan Utara.
HASWADI