TEMPO.CO, Malang - Kondisi kesehatan aktivis antitambang korban penganiayaan di Lumajang, Jawa Timur, Tosan, mulai stabil. Tosan menjalani perawatan di ruang perawatan intensif (ICU) selama sepekan.
Sepekan terakhir, sejumlah pejabat lokal membesuk dan menemui Tosan di rumah sakit. Di antaranya Bupati Lumajang Asat Malik, Kepala Kepolisian Resor Lumajang Fadly Munnzir Ismail, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dan terakhir juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan.
"Hampir setiap hari ada kunjungan," kata Abdul Rosyid yang menunggui Tosan, Senin 5 Oktober 2015. Rosyid menunggu bersama istri Tosan, Ati Hariati. Sebelumnya pada Sabtu, 4 Oktober 2015, salah seorang aktivis Forum Masyarakat Peduli Lingkungan yang juga saksi penganiayaan Tosan berkunjung. Ia ingin mengetahui kondisi Tosan dan menginap di Rumah Sakit Saiful Anwar. "Tadi Pak Tosan mengatakan kondisinya semakin baik."
Hasil observasi tim dokter sejauh ini memang menunjukkan perkembangan positif. Tim dokter yang terdiri dari dokter spesialis saluran pencernaan, bedah jantung dan pemburuh darah, anastesi, dan paru-paru memantau kondisi kesehatan Tosan setiap jam.
"Setelah mengalami gangguan pernafasan, ada gangguan sirkulasi darah dan jantung," ujar dokter Muhammad S. Niam. Dia menyatakan tak ada masalah pada kesadaran, saluran kencing, saluran pencernaan dan tulang. Jika kondisinya terus membaik, Tosan cukup dirawat selama sepekan di ICU.
Pada Sabtu 26 September 2015, sekelompok orang menganiaya aktivis antitambang Salim alias Kancil dan Tosan. Penganiayaan mengakibatkan Salim tewas sedangkan Tosan luka parah. Keduanya selama ini dikenal aktif menolak tambang pasir di Pantai Watu Pecak Desa Selok Awar Awar, Pasirian, Lumajang.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban memutuskan memberikan perlindungan untuk keluarga Tosan. Keputusan diambil melalui rapat paripurna pimpinan LPSK. Seluruh pimpinan hadir dalam rapat paripurna itu.
EKO WIDIANTO