Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

AMAN Curiga Dokumen Perubahan Iklim Disusun Carbon Cowboy  

image-gnews
Kawasan Hutan Taman Nasional Kutai daerah Kaba, Kalimantan Timur. TEMPO/ Rizal Effendi
Kawasan Hutan Taman Nasional Kutai daerah Kaba, Kalimantan Timur. TEMPO/ Rizal Effendi
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) kecewa dengan kertas posisi terhadap draft final Intended Nationally Determined Contribution (INDC) Pemerintah Indonesia.

"Draft itu mengingkari masyarakat adat di Indonesia dengan tidak menggunakan istilah indigenous peoples sebagaimana tertuang dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat," kata Sekjen AMAN Abdon Nababan dalam konferensi pers di Jakarta, 14 September 2015.

INDC merupakan dokumen komitmen negara-negara di dunia untuk mengatasi perubahan iklim pasca tahun 2020. Dokumen ini harus disampaikan ke The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada bulan Oktober, atau sebelum penyelenggaraan Conference of Party 21 di Paris pada awal Desember 2015.

Sejak awal 2015, Bappenas menyusun dokumen INDC dengan mengundang sejumlah pakar, perguruan tinggi dan kementrian/lembaga. Namun dua pekan lalu, Dewan Pengarah Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  yang diketuai Sarwono Kusumaatmadja menyusun kembali dokumen itu.

Pada 31 Agustus 2015, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Utusan Khusus Bidang Perubahan Iklim Rachmat Witoelar, dan Sarwono Kusumatmadja menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Mereka menyerahkan draft INDC itu kepada Preisden.

Dalam dokumen itu, tidak ada sebutan indigenous peoples, yang ada adalah adat communities. Abdon Nababan menjelaskan ini kemunduran dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Pemerintah Indonesia belum sepenuhnya mengakui hak-hak komunitas masyarakat adat. Kalau memang demikian, kata Abdon, AMAN bakal terus berkonflik dengan pemerintah ketika membahas soal perubahan iklim

Menurut Abdon, pendekatan adat communities adalah individu sedangkan  indigenous peoples adalah komunitas.  Dalam dokumen letter of intent antara Norwegia dan Indonesia (yang ketika itu ditandatangani Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa) ditegaskan soal peran indigenous peoples.  Kesepakatan dua negara yang ditandangani tahun 2010 ini terkait pengurangan emisi gas rumah kaca dari deforestrasi dan degradasi hutan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Abdon menilai penyusun dokumen INDC ingin mengarahkan dan mengkerdilkan masyarakat adat ke dalam hak-hak individual. Selain itu,  bukan lagi sebagai pelaku REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau pengurangan emsisi dari deforestasi dan degradasi hutan).

Ada upaya terselubung, katanya, seluruh program REDD+ hanya dilakukan perusahaan swasta  atau korporasi yang ingin berbisnis karbon hutan. Pengusaha dalam dan luar negeri ini antre mengajukan izin ke pemerintah melalui skema restorasi ekosistem. "Saya curiga carbon cowboy atau pebisnis karbon ini berada di balik tim penyusun INDC," katanya.

Menteri Siti Nurbaya menjelaskan dalam dokumen INDC yang disusun melibatkan stakeholders, ada perubahan proporsionalitas penurunan emisi. Jika sebelumnya 26 persen dengan usaha nasional sendiri atau 41 persen dengan dukungan global, maka pada sekitar 2030, Indonesia akan menurunkan emisi 29 persen. “Maka 2030 kita proyeksikan akan besar di sector energi,” katanya.

Sarwono Kusumaatmadja menjelaskan posisi Indonesia memang unik dalam perubahan iklim ini. Kita, kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini,  bukan hanya sebagai korban, tapi sebagai pihak yang menentukan sukses atau tidaknya dunia melakukan stabilisasi iklim ini.

Rachmat Witoelar menjelaskan dokumen INDC nantinya akan dikembalikan kepada masing-masing negara. "Karena itu kita harus berhati-hati dalam menghitungnya,” ujar Rachmat, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

UNTUNG WIDYANTO

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

4 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

7 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

8 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

8 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

13 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

19 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

22 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

26 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


2 Ketua Adat Ini Ditangkap Polisi karena Mempertahankan Lahan

29 hari lalu

Ilustrasi tanah adat. Shutterstock
2 Ketua Adat Ini Ditangkap Polisi karena Mempertahankan Lahan

Ketua adat Dolok Parmonangan Sorbatua Siallagan berurusan dengan polisi, karena mempertahankan tanah warisan leluhurnya


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

31 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.