TEMPO.CO, Pontianak - Di depan pejabat dari Jakarta, Gubernur Kalimantan Barat Cornelis membantah terjadi kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya. Padahal data satelit menunjukkan ada ratusan titik panas di daerahnya.
"Saya terbang dari Kapuas Hulu tidak ada kebakaran. Kalau bilang masyarakat yang bakar lahan, saat ini warga Dayak sudah kegiatan nugal atau menanam," kata Cornelis di depan pejabat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Kementerian Pertanian.
Rabu pagi, 9 September 2015, di Pontianak berlangsung kegiatan monitoring dan evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia. Acara ini diselenggarakan KPK, KLHK, dan Kementerian Pertanian.
Cornelis menjelaskan, kabut asap yang menyelimuti Kalimantan Barat berasal dari luar wilayahnya. "Ini asap impor dari tetangga. Hari ini bahkan asap sudah luar biasa. Saya minta kepada daerah Kalimantan yang lain untuk menanggulangi," ujarnya.
Dia meminta gubernur di Kalimantan mengatasi kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya masing-masing. "Saya ingin Kalimantan kompak dalam hal ini," ucapnya.
Namun Cornelis tidak menjawab secara tegas titik api di perkebunan di Kalimantan Barat. "Sebenarnya mereka tidak mau bakar juga. Mungkin apinya jadi tak terkendali," tuturnya.
Omongan Cornelis ini bertolak belakang dengan pernyataan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto.
"Data Modis (Moderate-Resolution Imaging Spectroradiometer) yang saya lihat, ada 616 titik panas. Sesuai dengan instruksi Satgas Operasi Darurat Bencana Asap, para kapolres harus mengantisipasi," ujarnya.
Arief telah memanggil semua kepala kepolisian resor di Kalimantan Barat ke Pontianak. Rapat koordinasi untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan itu.
Menurut data Modis, kebakaran terbanyak disumbang Kabupaten Ketapang dengan lebih dari 400 titik. Berikutnya Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Sintang.
ASEANTY PAHLEVI