TEMPO.CO, Pamekasan - Seorang TKI bernama Yasir, warga Dusun Song Song, Desa Sana Lok, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, turut menjadi korban kapal tenggelam di Selat Malaka, Malaysia. Sebelumnya, sudah ada enam warga asal Pamekasan yang menjadi korban tragedi itu.
"Paman Misnadin yang kasih kabar kemarin, Yasir pulang dan menumpang kapal yang tenggelam itu," kata Mohammad Huri, kakak kandung Yasir, Ahad, 6 September 2015.
Kabar itu, kata Huri, langsung direspons keluarga di Pamekasan dengan mengirim foto ke Kedutaan RI di Malaysia. Mereka ingin memastikan apakah Yasir selamat atau tidak.
Hari itu juga, Huri melanjutkan, Kedutaan RI memastikan foto yang dikirim identik dengan satu korban yang ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. "Yasir tidak selamat," ujarnya.
Orang tua Yasir sangat terpukul dengan jawaban tersebut. Kata Huri, mereka syok berat dan terus menangis. Maklum, sudah enam tahun Yasir merantau ke Malaysia dan tak sekali pun pulang. Begitu pulang, Yasir malah menjadi korban kapal karam. "Yasir tulang punggung keluarga," tutur Huri.
Dengan bertambahnya korban, maka total ada tujuh TKI asal Pamekasan yang menjadi korban kapal nahas tersebut. Enam korban lainnya merupakan satu keluarga di Dusun Secang, Desa Plakpak, Kecamatan Pagantenan.
Para korban bernama Abdul Hamid dan istrinya, Sunah; Punadi dan istrinya, Hotimah; serta Imam dan istrinya, Hosniyah. Mereka merupakan anak dan menantu Abdul Hamid.
Abdul Aziz, kerabat Hamid, menuturkan kepulangan satu keluarga itu sejatinya untuk menghadiri acara pernikahan Susmiyati, 18 tahun, anak bungsu Hamid. Pernikahan rencananya digelar 16 September mendatang.
"Kabarnya, Punadi dan Imam berhasil selamat, tapi sampai sekarang belum ada kepastian. Semoga semuanya selamat," ucap Aziz.
MUSTHOFA BISRI