TEMPO.CO, Jakarta - Warga Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri berharap Kementerian Sosial tergerak memperbaiki makam pahlawan nasional Tan Malaka di lereng Gunung Wilis. Hingga kini makam tersebut tak terurus meski sebagian warga masih rutin membersihkan rumput di atasnya.
Harapan warga Desa Selopanggung ini disampaikan Mohamad Zairi, bekas Kepala Desa Selopanggung yang juga panitia pembongkaran makam terduga Tan Malaka kepada Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Menurut Zairi, momentum saat ini sangat pas untuk melakukan pemugaran makam Tan Malaka yang terasing di lereng Gunung Wilis. “Saya yakin Ibu Menteri tergugah karena memiliki kedekatan sosial dengan masyarakat Kediri dan Tan Malaka,” kata Zairi kepada Tempo, Rabu 19 Agustus 2015.
Dia menjelaskan sejak dibongkar oleh keluarga Tan Malaka pada 12 September 2009 lalu, hingga kini kondisi makam dibiarkan begitu saja. Tak ada nisan ataupun bangunan permanen di makam itu sebagai penanda. Sebagai ancar-ancar, seorang warga meletakkan batu cukup besar di dekat makam.
Zairi mengeluhkan sikap Pemerintah Kabupaten Kediri yang hingga kini sama sekali tak tergerak melakukan perawatan tempat-tempat bersejarah. Bahkan sejak menjabat kepala desa beberapa tahun lalu, hingga kini Zairi tak melihat adanya respon pemerintah kepada makam itu. “Kami hanya berharap pada Menteri Sosial untuk memugarnya,” katanya.
Makam Tan Malaka di lereng Gunung Wilis dalam kondisi tak terurus. Selain dikelilingi belukar, makam yang berada di komplek pemakaman desa itu masih menjorok ke bawah dan jauh dari jalan desa. Dibutuhkan upaya keras untuk menuruni lereng yang melewati sungai kecil untuk mencapai makam tersebut.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Haris Setiawan mengaku pemerintah daerah belum memiliki rencana melakukan pemugaran makam Tan Malaka di Desa Selopanggung. Hingga kini pemerintah masih menunggu hasil kajian tim sejarawan dalam melacak kebenaran makam tersebut.
Pemerintah juga berdalih uji DNA yang dilakukan keponakan Tan Malaka beberapa tahun lalu belum keluar. “Kami masih kaji dulu dan tunggu penetapan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala,” kata Haris.
Sikap berbeda dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang berencana mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan rumah kelahiran Tan Malaka. Pejabat Gubernur Sumatera Barat Reydonnyzar Moenek dalam wawancaranya dengan Tempo mengatakan Tan Malaka memiliki kontribusi besar dalam mewujudkan bangsa ini. “Kami mendorong bagaimana Tan Malaka mendapatkan tempat yang baik di mata masyarakat Minang dan dunia,” katanya di Padang.
Karena itu dia akan mengajak pemerintah kabupaten/kota dan DPRD untuk serius merawat rumah kelahiran Tan Malaka. Rumah gadang tempat kelahiran Tan Malaka ini masih berdiri di Nagari Pandan Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Rumah berukuran 12 x 8 meter itu terlihat reot.
HARI TRI WASONO