TEMPO.CO, Sukabumi - Kematian pendaki Gunung Semeru, Dania Agustina Rahman, 19 tahun, warga Jalan Arif Rahman Hakim, Kampung Perbata, Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, Jawa Barat, sangat membekas di hati keluarganya. Dania sejak kecil diakui sudah memiliki hobi bertualang di alam terbuka.
Adik korban, Doni Nurjamansyah, 18 tahun, mengatakan kakaknya sudah lama memiliki hobi ekstrem. Salah satunya mendaki gunung-gunung yang tinggi.
"Hobi Dania mendaki gunung dan bermain di alam terbuka sudah tampak sejak masih duduk di bangku SMP. Bahkan sejumlah gunung ternama di Jawa Barat pun pernah disinggahi dia," ujar Doni di Sukabumi, Kamis, 13 Agustus 2015.
Keluarga Dania mengaku terkejut ketika mengetahui Dania telah mendaki Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Lebih mengejutkan lagi, dia nekat naik ke Puncak Mahameru dan diketahui meninggal dunia. Padahal, menurut informasi pemerintah, cuaca di atas Gunung Semeru sedang ekstrem sehingga sangat membahayakan bagi siapa saja yang memaksakan mendaki. "Kakak saya berhasil ditemukan petugas sudah dalam keadaan tidak bernyawa di atas gunung tersebut," ucap Doni dengan nada sedih.
Doni menjelaskan, hobi ekstrem kakak perempuannya ini sulit dilarang keluarga. Setiap libur sekolah atau kuliah, Dania lebih memilih menghabiskan waktu bertualang mendaki gunung daripada tinggal di rumah.
"Sebenarnya semua anggota keluarga sudah sering mengingatkan agar tidak terus larut menggeluti hobi berbahaya tersebut. Tapi mungkin, karena hobi mendaki sudah melekat dalam kehidupannya, jadi sulit dicegah," tutur Doni.
Rena Maryana, bibi korban, mengatakan, untuk menjemput jenazah Dania, pihak keluarga sudah berangkat ke Lumajang. "Informasi terakhir, jasad Dania sudah dievakuasi oleh tim SAR gabungan ke rumah sakit," ucapnya.
Neneng Yuningsih, ibu kandung Dania, enggan memberikan komentar. Perempuan berkerudung ini hanya bisa menangis sambil memandangi foto anak kesayangannya itu.
DEDEN ABDUL AZIZ