TEMPO.CO , Yogyakarta: Asosiasi Pedagang Sapi Segoroyoso Yogyakarta mendesak pemerintah bisa mengontrol pembelian sapi asal luar DIY yang diduga kuat turut memicu kelangkaan stok yang berimbas pada mahalnya harga daging sepekan terakhir.
“Pembelian besar-besaran dari luar daerah ini karena stok luar daerah kosong, lalu mereka kulak ke Yogya. Tapi ini jadi memberatkan pedagang lokal,” ujar pedagang daging sapi yang juga juru bicara Paguyuban Segoroyoso Yogyakarta, Edi Santoso, kepada Tempo, Rabu, 12 Agustus 2015.
Baca Juga:
Sejak dua pekan terakhir, menurut Edi, sejumlah pedagang besar asal Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah, lebih gencar kulakan ke sejumlah pasar hewan di Yogyakarta, yang tersebar di kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Sleman. Para pedagang ini merupakan pemain besar dan berani membeli sapi hidup lebih tinggi dibanding harga pasaran.
“Yang jadi masalah, mereka berani membayar lebih mahal sampai Rp 7.000 per kilogram, sehingga satu ekor bisa selisih Rp 1 juta sendiri. Ini membuat pedagang lokal yang bermodal kecil kalah dan tak kebagian stok,” ujarnya.
Dia menambahkan, sehari bisa 4 sampai 5 truk sapi dari Yogya diangkut ke daerah Jawa Barat dan Jakarta.
Edi menuturkan dari data asosiasi, tiap hari kebutuhan sapi untuk dua wilayah yang ditangani pedagang yang terhimpun di Segoroyoso adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul berkisar 30-35 ekor sapi.
“Sekarang tiap hari tak sampai 30 sapi yang dipotong, sehingga daging sulit dan lebih mahal,” ujarnya.
Paguyuban Segoroyoso pun kemarin menggelar pertemuan untuk menyikapi bersama fluktuatif harga daging saat ini. Edi menuturkan dari pertemuan itu, pedagang sepakat, mulai Kamis hari ini, 13 Agustus 2015, harga daging akan dinaikkan sekitar Rp 6.000 per kilogram. Dengan kenaikan itu harga daging bakal menjadi sekitar Rp 105-110 ribu per kilogram,
“Harga itu berlaku sampai stok kembali stabil,” ujarnya. Pedagang pun mulai hari ini akan mensosialisasikan keputusan bersama itu dengan menempel selebaran pengumuman di pasar-pasar tradisional.
Kepala Seksi Pengawasan Mutu dan Kualitas Hewan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta, Endang Finiarti, menuturkan penjualan sapi ke luar DIY memang sudah ada kuotanya tersendiri dan langsung di bawah pengawasan Pemerintah DIY.
“Pemerintah kota dalam hal ini lebih mengontrol kualitas daging-daging yang dijual itu, layak tidak untuk dikonsumsi. Jika soal persaingan harga dan jatah kuota ada diranah tim pengendali inflasi DIY,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO
VIDEO TERKAIT: