TEMPO.CO , Kupang: Akibat kekeringan, sekitar 1.513 jiwa, warga di Desa Iligai, Kecamatn Elar, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengkonsumsi air dari batang pohon pisang, pohon teri dan pohon lawa.
"Kami terpaksa mengkonsumsi air dari pohon pisang karena tiada ketersediaan air," kata Kepala Dusun Baulete, Desa Iligai, Johanes Petrus Buan, yang dihubungi Tempo, Jumat, 31 Juli 2015.
Menurut Johanes, air bersih menjadi masalah di daerah itu sejak dibentuk menjadi desa pada 1968. Warga di desa itu hanya mengandalkan air hujan untuk menampung air guna memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau.
Minimnya curah hujan tahun ini menyebabkan warga di desa terpaksa mengeruk air dari batang pohon pisang. Mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan air guna kebutuhan rumah tangga. "Air yang diambil untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan kelebihannya untuk minum ternak," katanya.
Johanes mengatakan sebenarnya masih ada satu Sungai Waebatu di desa itu. Namun jaraknya dari rumah penduduk mencapai 3 kilometer (km). Akibatnya, warga kesulitan untuk mengambil air di sungai. "Lebih mudah ambil dari pohon pisang," katanya.
Cara mengambil air dari pohon pisang itu, kisahnya, mula-mula akar pohon pisang dikeruk hingga berbentuk lubang. Setelah itu, ditaruh ember atau jeriken untuk menampung air dari pohon pisang.
"Pohon dibuat lubang untuk ambil pada sore hari, sehingga paginya airnya bisa diambil untuk dimanfaatkan," kata Johanes.
YOHANES SEO