TEMPO.CO, Lumajang-Eksploitasi panas bumi Gunung Lemongan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, belum pasti dilakukan karena PT Hitay Rawas Energy selaku investor baru melaksanakan survei pendahuluan. Meski demikian suara-suara penolakan sudah dilontarkan aktivis lingkungan.
Abdullah Al Kudus, aktivis dari Laskar Hijau, kelompok pemuda pegiat konservasi Gunung Lemongan, mengaku curiga dengan paparan yang disampaikan utusan perusahaan dari Grup Hitay, Turki itu kepada Bupati Lumajang. "Mustahil kegiatan penambangan tidak ada efek sampingnya. Obat yang katanya bisa menyembuhkan saja ada efek sampingnya," kata Abdullah, Kamis, 25 Juni 2015.
Menurut Abdullah, dampak negatif geothermal adalah pencemaran air. Dampak alamiah dari aktivitas pengeboran hingga puluhan kilometer di bawah permukaan tanah, ujar dia, mengakibatkan air terkontaminasi oleh proses ekstrasi thermal. Dia mencontohkan eksploitasi geothermal di Gunung Dieng. "Setelah 10 tahun dieksploitasi tiga ranu mengering, yakni Telaga Cebong, Telaga Warna, dan Telaga Kemilau," ujarnya.
Contoh lain, adanya amblesan tanah di Wairatai, Selandia Baru, dengan kecepatan 200 milimeter pertahun dan diperkirakan menjadi 20 meter pada 2050. Selain itu munculnya gempa minor dengan magnitude 2 hingga 3,5 skala Richter. "Konon di sekitar Kamojang, pembangkit listrik geothermal pertama di Indonesia, sudah mulai terjadi gempa-gempa minor yang bisa meretakkan lantai," ujar Abdullah.
Bila eksploitasi jadi dilakukan, pencemaran air tak bisa dicegah. Dampak lainnya, menurutnya, bisa saja tiba-tiba di kebun orang muncul rawa-rawa kecil. "Dampak sosialnya jelas, masyarakat kehilangan mata pencaharian, meningkatkan pengangguran, angka putus sekolah dan kriminalitas," katanya.
Baca Juga:
Abdullah berujar teknik eksploitasi panas bumi dengan cara mengebor masih menjadi perdebatan karena membahayakan lingkungan sekitar. Indonesia, tutur dia, mempunyai 252 lokasi panas bumi dengan 27 gigawatt. Gunung Lemongan berada di satu kompleks dengan Gunung Argopuro, yang termasuk kompleks Pegunungan Hyang. Potensi panas bumi di Gunung Lemongan sebesar 140 megawatt dengan luas wilayah pertambangan sebesar 48 ribu hektare.
Gunung Lemongan salah satu dari 20 gunung aktif di Jawa kelas A, dengan ketinggian 1671 meter di atas permukaan laut. Pada 1799 sampai 1899 Lemongan tercatat sebagai gunung paling aktif di Indonesia karena sering erupsi. Baru pada 1899 hingga saat ini, gunung tersebut dinyatakan tidur. Lemongan memiliki 60 pusat erupsi vulkanik dan salah satu gunung yang unik. "Erupsinya adalah erupsi samping," katanya.
Menanggapi penolakan aktivis lingkungan, perwakilan PT Hitay Rawas Energi Zulhendri Abdullah mengibaratkan pemerintah mau membuka restauran. "Kami baru disuruh survei lokasi, mana yang ramai dan kemungkinan banyak orang akan datang," kata dia. "Belum tentu ada potensinya."
DAVID PRIYASIDHARTA